Perubahan perlakuan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak terhadap prinsip non-interferensi ASEAN dalam isu Rohingya = The alterations deal of Malaysian Prime Minister Najib Razak against the ASEAN non-interference principle on rohingyas issue / Gabriela Ekklesia
Gabriela Ekklesia;
Evi Fitriani, supervisor; Avyanthi Azis, examiner; Lumban Tobing, Fredy Buhama, examiner
([Publisher not identified]
, 2018)
|
ABSTRAK Tindak kekerasan yang terjadi terhadap etnis Rohingya di Myanmar telah terjadisejak tahun 1970-an dan masih terjadi di tahun 2017. Perdana Menteri MalaysiaNajib Razak menyatakan bahwa tindak kekerasan terhadap etnis Rohingya harusdihentikan. Malaysia juga mengajak anggota ASEAN untuk mengabaikan prinsipnon-interferensi terhadap isu Rohingya ini. Hal ini menarik untuk ditelaahmengingat Malaysia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN dan pertanyaankemudian muncul apakah tanggapan Malaysia terhadap isu Rohingyamenampakkan pergeseran dari norma yang disepakati. Dengan demikian,pertanyaan penelitian pada tesis ini adalah: Mengapa Perdana Menteri MalaysiaNajib Razak mengabaikan prinsip non-interferensi ASEAN dalam isu Rohingya?Untuk menjawab pertanyaan penelitian, tesis ini menggunakan teori kebijakanluar negeri Valerie M. Hudson sebagai dasar dalam menjelaskan penyebabtindakan dan perkataan seorang pemimpin (agen-oriented) sebagai decision makeryang dapat mempengaruhi kebijakan luar negerinya. Untuk menjelaskan faktorpenyebab tindakan dan perkataan agen oriented tersebut, maka tesis inimenggunakan operasionalisasi teori dari Evi Fitriani, yang dijelaskan dalam tigafaktor; yaitu: motivasi, emosi dan representasi masalah.Hasil analisis, menunjukkan bahwa Najib Razak memiliki kepentingan pribadimelalui sikapnya sebagai Perdana Menteri Malaysia terhadap isu Rohingya.Najib Razak berusaha menjaga eksistensi posisinya sebagai Perdana Menteri yangsempat tergoyahkan karena tuduhan keterlibatan dirinya dalam kasus 1MDB.Najib Razak mengkhawatirkan masalah keamanan dengan adanya kasus ini,karena dengan bertambahnya jumlah pengungsi Rohingya, dapat mengganggustabilitas regional keamanan di Asia Tenggara. Selain itu, Najib Razak jugamengusung tema kemanusiaan dan HAM dalam isu Rohingya ini.Dengan demikian, Perdana Menteri Najib Razak menunjukkan sikap yang telahmengabaikan prinsip non-interferensi ASEAN. Hal ini dapat menimbulkankeretakan dalam tubuh ASEAN dan dapat mengganggu stabilitasnya kawasan,karena nilai yang diabaikan yaitu prinsip non-interferensi adalah nilai yangdiharapkan dapat menjaga stabilitas institusi ASEAN. ABSTRACT Violent acts against Rohingyas in Myanmar have occurred since the 1970s andstill occured in 2017. Malaysian Prime Minister Najib Razak stated that violenceagainst Rohingyas must be stopped. Malaysia also invites ASEAN members toignore the ASEAN non-interference principle on Rohingya issue. This isinteresting to be reviewed as Malaysia is one of the founding countries of ASEANnot the less the question has arisen whether Malaysia's response to the Rohingyaissue reveals a shift from the agreement.Thus, this thesis aim at reviewing why Malaysian Prime Minister Najib Razakneglects the ASEAN non-interference principle in the Rohingyas issue. To do so,this thesis applies Valerie M. Hudson's foreign policy theory as the basis forexplaining the cause of action and the words of a leader (agent-oriented) as adecision maker that can influence its foreign policy. In order to explain the causeand action factor of the oriented agent, this thesis using the theoryoperationalization from Evi Fitriani, described in three factors; namely:motivation, emotion and problem representation.The results of the thesis analysis indicate that Najib has a personal interestthrough his attitude as Prime Minister of Malaysia against Rohingya case. Najibtried to maintain the existence of his position as Prime Minister who had beenshaken because of his alleged involvement in the case of 1MDB. Najib isconcerned about security issues in this case, as the growing number of Rohingyarefugees can disrupt regional security stability in Southeast Asia. In addition,Najib also carries the theme of humanity and human rights in Rohingya issue.Thus, Prime Minister Najib Razak shows an attitude of being an ignorance to theASEAN principle of non- interference. This can create problem within ASEANinstitution and can disrupt their stability, because ASEAN non-interferenceprinciples has been neglected which it was the value to maintain the stability ofASEAN the negligible value of ASEAN non-interference principles is the valuethat expected to maintain the stability southeast regional. |
T49044-Gabriela Ekklesia.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | T49044 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2018 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | xiii, 116 pages : illustration ; 30 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T49044 | 15-19-464004135 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20467267 |