ABSTRAK Gangguan ketersediaan oksigen akibat perburukan kondisi fisiologis akut akan meningkatkan risiko moralitas, khususnya pada pasien kritis yang memiliki keterbatasan daya konpensasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai saturasi oksigen perifer (Spo2) saat pasien masuk dalam memprediksi moralitas pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan rumah sakit rujukan nasioanl di indonesia.metode kami melakukan penelitian kohort retrospektif pada pasien kritis di ruang Resutasi Instalasi Gawat Darurat RSCM pada bulan Oktober sampai November 2012. pengukuran Spo2 dilakukan dalam waktu 15 menit setelah pasien masuk. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok: kelompok dengan SpO2 lebih atau sama dengan 95% (1) dan kurang dari 95% (2). Luaran yang dinilai adlah moralitas selama perawatan. Uji log-rank digunakan untuk membandingkan kesintasan kedua kelompok. Risiko moralitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model.Hasil moralitas selama perwatan terjadi pada 69 ( 40,1%) dari 172 subjek penelitian. Pasien dengan SpO2 kurang dari 95% memiliki laju kesintasan yang lebih rendah secara bermakna ( rerata kesintasan 21,3 vs 28,6 hari, log-rank p = 0,011). rasio hazard terjadinya moralitas adalah 1,8 (IK 95% 1,13 sampai 2,90) pada pasien dengan SpO2 di bawah 95%.simpulan saturasi oksigen perifer di bawah 95% pada saat pasien masuk meningkatkan risiko moralitas secara bermakna. Karena mudahnya nilai saturasi tersebut, maka SpO2 sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor moralitas pada pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis. |