Full Description

Cataloguing Source : LibUI indeng rda
ISSN : 19797001
Magazine/Journal : The Ary Suta Center Series on Strategic Management
Volume : Vol. 42, No. 1, Juni 2018: Hal. 51-88
Content Type : text (rdacontent)
Media Type : unmediated (rdamedia)
Carrier Type : volume (rdacarrier)
Electronic Access :
Holding Company : Universitas Indonesia
Location : Perpustakaan UI, Lantai 4, R. Koleksi Jurnal
 
  •  Availability
  •  Digital Files: 0
  •  Review
  •  Cover
  •  Abstract
Call Number Barcode Number Availability
330 ASCSM 42 (2018) 03-18-026252957 TERSEDIA
No review available for this collection: 20470264
 Abstract
ABSTRAK
Tulisan ini hendak memberikan solusi masalah intoleransi yang melanda Indonesia saat ini melalui butir-butir pemikiran hipotesis model pembelajaran Kepemimpinan Kesejatian Hidup (KKH) atau "The True Colors of Leadership, yaitu dengan membantu anak bangsa menemukan model pengembangan warna kesejatian hidup dalam kebhinekaan secara cerdas dengan peningkatan toleransi kewargaan (citizenshiptolerance). Adapun cara tersebut dikemas menjadi model pembelajaran KKH dalam Strategic Implementation on Metacognitive-Experiental Leraning (MCEL-SI, Soemarman 2016c) for Developing The True Colors of Leadership (TCL). Model pembelajaran KKH membantu anak bangsa belajar tiga hal penting, yaitu: person variables, task variables, strategy variables. Cara cerdas belajar diterapkan didalam model pembelajaran KKH melalui monitoring and control (Flavell, 1979; Eickmann, 2004) terhadap tiga hal penting itu sebagai pengetahuan metakognitif eksperiensial yang diharapkan membantu mengelola toleransi hidup kebhinekaan universal menurut konteks fenomena intoleransi. Butir-butir pemikiran hipotesis yang mendasarinya dapat dielaborasikan ke dalam usulan riset berkelanjutan (longitidinal researchs). Sehingga, dengan proyek-proyek riset itu, butir-butir pemikiran hipotesis dapat ditegaskan menjadi hipotesa yang memastikan kesiapan daya toleransi kewargaan anak bangsa (Citizenchip Tolerance) dalam pengelolaan diri ( self management) dan pengembangan jatidirinya (self-development). Sehingga kesiapan seperti itu dapat dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan indikator tentang "anak bangsa yang tidak hanya terbebas dari bencana intoleransi, tetapi lebih dari itu mereka mampu memasuki perkembangan global dunia kerja yang terintegrasi dan melibatkan keutuhan komitmen hidup pekerja global.