:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Kajian semantik leksikal terhadap kata eufemisme yang ditabukan = Study of lexical semantics on tabooed euphemism

Roby Aji; Abdul Muta`ali, supervisor; Setiawati Darmojuwono, examiner; Afdol Tharik Wastono, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018)

 Abstrak

Secara etimologis kata kafir, jimak, dan pelacur pada mulanya merupakan eufemisme. Namun dalam penggunaan bahasa Indonesia kontemporer, ketiga kata tersebut justru menjadi tabu. Hal tersebut karena kata kafir, jimak dan pelacur memiliki konotasi negatif yang berpotensi melukai, mengancam, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman terhadap pendengarnya. Ketiganya berkaitan erat dengan isu kerukunan umat beragama dan maraknya ujaran kebencian di Indonesia. Adapun munculnya konotasi tersebut tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kata-kata yang sering muncul mendampinginya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kaitan antara kolokasi dengan pembentukan nilai tabu pada kata kafir, jimak, dan pelacur dalam konteks bahasa Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini adalah teks berbahasa Indonesia dalam artikel berita dan keagamaan dalam jaringan internet. Korpus data terdiri dari 400 kalimat yang mengandung kata kafir, 307 kalimat yang mengandung kata jimak, dan 293 kalimat yang mengandung kata pelacur.
Penelitian ini menggunakan teori kolokasi Sinclair 1991, semantik leksikal Cruse 2004 dan komponen makna Nida 1979. Data tersebut diolah secara manual dengan menggunakan perangkat lunak Ant-Conc kemudian ditelaah secara kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah kesimpulan bahwa kata kafir memiliki 22 kolokat, kata jimak memiliki 35 kolokat, sementara kata pelacur memiliki 21 kolokat. Kolokat-kolokat kata kafir, jimak, dan pelacur cenderung berkaitan dengan makna yang berkenaan dengan hal-hal tabu dalam kebudayaan Indonesia, yakni perbuatan melawan kekuatan transendental atau sistem religius dan perbuatan yang berkenaan dengan aktifitas seksual. Oleh karena itu kata kafir, jimak, dan pelacur dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang kehilangan karakter eufemisitisnya, sebab konotasi positif lambat laun tergantikan oleh konotasi negatif yang dibawa oleh kolokat-kolokat berfrekuensi tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa secara semantis kolokasi merupakan donor utama dalam pembentukan kata kafir, jimak dan pelacur menjadi eufemisme yang ditabukan.

Etymologically the word kafir, jimak, and pelacur are originally euphemisms. However in the use of contemporary Indonesian language, these three words become taboo. This is because the word kafir, jimak and pelacur have negative connotations that potentially hurt, threaten, and cause feelings of discomfort to the listener. All three are closely related to the issue of religious harmony and the proliferation of hate speech in Indonesia. The emergence of the connotation can not be separated from the influence of words that often appear with it. Therefore, this study aims to reveal the relation of collocation and the formation of taboo values on the word kafir, jimak, and pelacur in the Indonesian context.
Data sources in this study are the Indonesian texts in news and religious articles on the Internet. The data corpus consist of 400 sentences containing the word kafir, 307 sentences containing the word jimak, and 293 sentences containing the word pelacur.
This study uses Sinclair's collocation theory 1991, the Cruse rsquo s lexical semantics 2004 and the Nida rsquo s componential analysis of meaning 1979. The data are manually processed using Ant Conc software and then analyzed qualitatively.
The result of this study is the conclusion that the word kafir has 22 collocates, the word jimak has 35 collocates, while the word pelacur has 21 collocates. The collocates of kafir, jimak, and pelacur tend to be related to the meaning of taboos in Indonesian culture, that is, against the transcendental power or religious system and deeds of sexual activity. Therefore, the word kafir, jimak, and pelacur in the Indonesian language becomes words that lost its euphemism, because positive connotation gradually replaced by the negative connotation carried by collocates which have high frequency. Based on this it can be said semantically that collocation is the main contributor in the formation of the word kafir, jimak and pelacur into a tabooed euphemism.

 File Digital: 1

Shelf
 T50938-Roby Aji.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : T50938
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiii, 175 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T50938 15-18-519689679 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20476974