Secara global lebih dari 700 wanita menikah diusia dini, jika kecenderungan ini terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 950 juta kasus. Pernikahan dini merupakan penyebab buruknya kesehatan reproduksi di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pertama menikah dengan keluaran kesehatan reproduksi. Sumber data penelitian menggunakan data sekunderICMM endline tahun 2016 di enam kabupaten provinsi Nusa Tenggara Barat. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Populasi Penelitian adalah seluruh wanita usia subur yang telah menikah usia 15-49 tahun. Sampel adalah WUS yang memiliki riwayat menikah usia 10-35 tahun dengan jumlah 14.498 responden. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan multivariate model faktor resiko regresi logistik ganda. Variabel independen penelitian adalah usia pertama menikah dan control adalah usia saat ini, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan status social ekonomi sebagai kontrol. Variabel dependen terdiri dari lima keluaran kesehatan reproduksi.Hasil uji menunjukan 50,9 perempuan di NTB menikah diusia dini. Hasil analisismembuktikan ada hubungan usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dilahirkan pvalue 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70-4,48 , ada hubungan signifikan usia kawin pertama dengan kejadian anak lahir mati p value 0,0001 OR 1,46 95 CI 1,16-1,85. Hubungan signifikan antara usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dimiliki p value 0,0001,OR 3,49 95 CI 3,17-3,84, terdapat hubungan signifikan antara usia kawin pertamadengan penggunaan KB ditahun pertama menikah p value 0,0001 OR 1,26 95 CI 1,18-1,36. Usia kawin pertama tidak berhubungan dengan kejadian keguguran p value 0,25. Hasil membuktikan bahwa pernikahan dini sebagai faktor resiko buruknya keluaran kesehatan reproduksi. Peningkatan pendidikan akan menurunkan resiko perilaku menikah diusia dini, sehingga tercapai kesehatan reproduksi yang aman. Globally more than 700 married women are at an early age, if this trend continues, it is estimated that by 2030 it will increase to 950 million cases. Early marriage is the cause of poor reproductive health in Indonesia. The research aimed tofind out the relationship of early marriage with reproductive health outcomes. Sources of research data using endear ICMM secondary data in 2016 in six districts of West Nusa Tenggara province. The design used is cross sectional. Research population is all women of reproductive age who have married aged 15 49 years. Samples are women ofchild bearing age who have a married history aged 10 35 years with the number of14,498 respondents. Data were analyzed using chi square and multivariate test of multiple logistic regression risk factor model. Independent variable of research is the age of first marriage consists of young married age and ideal age. Current age, education, occupation, residence area and socio economic status as control. The dependent variable consists of five reproductive health outcomes. The results showed50.9 of women in West Nusa Tenggara were married at an early age. The result of the analysis proves that there is a relationship of first married age with number of live birth children p value 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70 4,48, there is significant correlation of first marriage age with incidence of still born child. p value 0,0001 OR 1.46 95 CI1.16 1,85. Significant relation between first marriage age and number of children owned p value 0,0001, OR 3,49 95 CI 3,17 3,84, there is a significant correlation between first married age with use of family planning in the first year of marriage value 0.0001 OR 1.26 95 CI 1.18 1.36 The first marriage age was not associated with the incidence of miscarriage p value 0.25. The results prove that early marriageas a risk factor for poor reproductive health outcomes. education and maturity of marriage age will reduce the risk of married behavior at early age, so as to achieve safe reproductive health. |