"Semua orang bisa menari": inklusifitas sebagai strategi pembentukan ruang ketiga oleh komunitas Nalitari = "Everyone can dance": inclusivity as strategy to making the third space by Nalitari
Annisa Dinda Mawarni;
Rhino Ariefiansyah, supervisor; Sri Murni, examiner
([Publisher not identified]
, 2018)
|
ABSTRAK Penelitian ini mengkaji Nalitari sebagai komunitas tari yang mengimplementasikan nilai-nilai inklusifitas dalam kegiatan berkeseniannya. Dengan metode etnografi, penelitian ini mendeskripsikan kegiatan menari serta metode yang digunakan oleh Nalitari dalam mengimplementasikan inklusifitas. Adapun bentuk implementasi inklusifitas dalam Nalitari dilakukan melalui latihan menari rutin (jamming), workshop, serta pementasan atau eksibisi tari. Lebih lanjut kegiatan menari artinya menjadikan tubuh sebagai medium utama dalam berkesenian, sehingga tulisan ini mengeksplorasi konsep mengenai tubuh individual dan tubuh sosial serta kaitannya dengan penggunaan metode contact improvisation. Nalitari mencipta dan mereproduksi ruang ketiga dengan beragam fungsi melalui tarian. Pertama, ruang aman sebagai ruang yang memberikan rasa aman untuk berekspresi bagi penarinya. Kedua, ruang melawan dari diskursus tari konservatif dengan mengabaikan benar/salah atau luwes/kaku. Ketiga, ruang berelasi sebagai ruang bagi para penari untuk membangun relasi sosial dan memberikan dukungan sosial. ABSTRACT This research examines Nalitari as a dance community that implemented the notion of inclusivity in their artwork. Using the ethnographic method, this research describes Nalitaris act of dancing and its method in order to implement inclusivity notions. Moreover, this research captures Nalitaris methods to implement their notions of inclusivity, which includes dance practice or jamming, workshop, and dance exhibitions. Given the fact that Nalitari incorporated body as the main medium in their artwork, this research explores the concept of individual and social body and seeks the interconnection between these two concepts to the usage of contact improvisation method. Furthermore, Nalitari produced and reproduced the third space that has several functions, which includes: (1) a safe space that enables its dancers to express safely; (2) a resisting space that enables its dancers to resist against the conservative dancing methods by ignoring the standard of right or wrong or flexible or stiff; and (3) a space for relations that enable its dancer to develop social relationships and support each other. |
S-pdf-Annisa Dinda Mawarni.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2018 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xiii, 102 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-Pdf | 14-20-366879249 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20481787 |