Ageisme dalam budaya populer (perbandingan karakter manula dalam serial my hero academia dan Marvels Spider-man) = Pop cultures ageism comparison of elderly character in my hero academia and Marvels Spider-man animation series
Rahadiyan Garuda Langit Dewangga;
Hendriyani, supervisor; Firman Kurniawan Sujono, examiner; Firman Kurniawan Sujono, examiner
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018)
|
Perkembangan populasi kaum manula mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Menjadikan kaum manula tidak akan menjadi minoritas lagi dunia dalam 40 tahun ke depan, sehingga apa yang dikonsumsi oleh masyarakat yang nanti akan menjadi bagian dari mayoritas manula tersebut harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas penuaan pada masyarakat itu sendiri. Produk budaya populer sebagai seperti animasi, film dan musik perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga penyebaran pesan, ideologi bahkan membentuk konsep diri seperti ageism. Melalui penelitian ini, peneliti melihat bagaimana animasi bertema super hero asal Jepang dengan nama My Hero Academia dan Marvels Spider-Man yang berasal dari Amerika menggambarkan tokoh manula dalam serial tersebut berdasarkan nilai-nilai budaya mereka. Sehingga ditemukan bahwa penggambaran tokoh manula dalam serial animasi dari Jepang memiliki konotasi yang lebih positif dengan mayoritas karakter berada dalam kategori Golden Ager, sedangkan tokoh manula dalam serial animasi buatan Amerika juga memiliki konotasi positif dalam kategori perfect grandparent tapi juga memiliki banyak konotasi negatif dengan masuknya karakter-karakter manula tersebut dalam kategori Shrew/Curmudgeon,Despondent, Severely Impaired dan Recluse. Nowadays, elderly proportion is growing significantly. With this pace the elderly community will not be classified as minority in the next 40 years, considering the consumption of the soon to be elder should be seen seriously to enhance aging quality of the society member themselves. Pop culture products such as: animation, films and music should not be seen as mere entertainment rather to be seen as a message containing several idea and ideology which constructing stereotype for the audience such as ageism. By this research, researcher will see how the elder depicted in pop culture animation product also comparing the result between My Hero Academia as Japanâs animation and Marvelâs Spider-Man as Americaâs animation. Resulting the depiction of elder in Japanâs animation has more positive connotation rather than the Americaâs animation, the elder character in Japanâs animation is classified majorly in Golden Ager category which is the ideal aging goal while elder characters in Americas animation was classified in negative ageism connotation category as Shrew/Curmudgeon,Despondent, Severely Impaired and Recluse. |
T51966-Rahadiyan Garuda Langit Dewangga.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | T51966 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | x, 146 pages : illustration ; 28 cm |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T51966 | 15-21-269766461 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20481821 |