Regenerative landscape development based on sustainable courtyard strategy = Pembangunan landscape regeneratif berdasarkan strategi pengadilan berkelanjutan
Rahmatina Widyarini;
Joko Adianto, supervisor; Pendal, Simon, examiner
(Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018)
|
Proposal Desain Urban ini muncul dari ide regenerasi - gagasan bahwa lanskap yang rusak dapat diperbaiki dan direvitalisasi. Saya percaya bahwa regenerasi ini dimulai dengan menghubungkan manusia dengan alam - mengubah pola pikir mereka dari kepemilikan lanskap menjadi bagian dari ekosistem. Orang-orang Aborigin di Australia hidup dengan gagasan ini sebagai inti dari budaya mereka - Gammage, dalam bukunya "The Biggest Estate on Earth" mengeksplorasi cara orang-orang ini tidak percaya bahwa mereka memiliki kekuasaan atas tanah; bahwa tanah itu memiliki kekuatan spiritual yang kuat yang harus dipupuk dan dipelihara. Dari ide-ide ini, desain telah dibentuk menjadi jenis baru pinggiran kota yang menantang gagasan blok tanah milik pribadi ke lanskap komunal, dibentuk oleh tipologi halaman berkelanjutan di sekitar lahan yang basah, yang dikembangkan untuk meminimalkan dampak manusia terhadap lingkungan dengan tujuan menumbuhkan 'Pikiran yang Timbul' dalam suatu komunitas. Selanjutnya, dibingkai dengan halaman berkelanjutan arsitektur sebagai alat untuk menghubungkan ruang hidup dan alam sehingga memungkinkan regenerasi lanskap. Dengan demikian, arsitektur yang ditunjuk adalah untuk merevitalisasi dan membawa kenikmatan bagi orang-orang untuk merasakan alam dalam bentuk yang paling murni. This Urban Design proposal was sprung from the idea of regeneration - the notion that a damaged landscape can be repaired and revitalized. I believe that this regeneration starts with connecting people to nature - changing their mindset from ownership of a landscape to be a part of the ecosystem. The Aboriginal people of Australia lived with this idea at the core of their culture - Gammage, in his book “The Biggest Estate on Earth” explores the way that these people did not believe they had power over the land; that the land has a powerful spiritual force that must be nurtured and maintained. From these ideas, the design has been shaped into a new kind of suburb that challenges the idea of privately owned blocks of land to a communal landscape, shaped by a sustainable courtyard typology around a wetland, developed to minimize the human impact on the environment with the purpose of growing an ‘Emergent Mind’ within a community. Furthermore, framed with architectural sustainable courtyard as a tool to connect the living space and the nature so that it enables landscape regeneration. Accordingly, the designated architecture is to revitalize and to bring enjoyment for people to feel nature in its most pristine form. |
S-pdf-Rahmatina Widyarini.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018 |
Program Studi : |
Bahasa : | eng |
Sumber Pengatalogan : | LibUI eng rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xi, 29 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-Pdf | 14-20-256248000 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20481895 |