ABSTRAK Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai keinginan untuk menjalin hubungandengan orang lain. Hubungan yang terjalln dengan orang lain tersebut dapat berbentukhubungan pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan sebagaisuami dan istri. Berbeda dengan hubungan lainnya, hubungan perkawinan diawalidengan perjanjian antara suami dan istri yang disaksikan oleh orang tua, penghulu,saudara dan kerabat serta diketahui oleh masyarakat. Dalam hubungan perkawinanbiasanya pasangan suami-istri berharap agar dapat menjalani kehidupan perkawinandengan bahagia dan dapat membentuk keluarga yang damal, penuh ketulusan cinta dankasih sayang {sakinah, mawaddah wa rahmah).Kebahagiaan perkawinan merupakan dambaan setiap pasangan yangmelangsungkan perkawinan (Roberts, 1968). Akan tetapl, untuk mendapatkankebahagiaan perkawinan tidaklah mudah. Harus ada usaha dari pasangan suami-istridalam menyelesaikan segala permasalahan yang muncul selama masa kehidupanperkawinan mereka. Selain adanya masalah-masalah baru yang harus mereka hadapiselama kehidupan perkawinan, pasangan suami-istri juga harus menghadapi masalahyang disebabkan adanya kebiasaan-kebiasaan dasar dan kepribadian yang dibawa olehmasing-masing individu. yang telah berkembang selama bertahun-tahun dalam dirinya(Hurlock, 1980). Atwater & Duffy (1999) menyatakan bahwa kebahagiaan perkawinantergantung pada apa yang terjadi saat pasangan memasuki kehidupan perkawinan yaituseberapa baik mereka mengalami kesesuaian atau kecocokan. Hal yang paling pentingdalam meraih kebahagiaan perkawinan menurut Atwater & Duffy (1999) yaitu fleksibilitasdan keinginan untuk berubah dari setiap pasangan atau yang biasa disebut denganistilah penyesuaian perkawinan {marital adjustment).Kesiapan seseorang untuk memasuki kehidupan perkawinan merupakan aspekyang menentukan keberhasilan seseorang daiam melakukan penyesuaian perkawinan(Hurlock, 1980; Spanier dalam Miranda, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut,Blood (1969) menyatakan bahwa kematangan sosial merupakan salah satu bagian darikesiapan seseorang dalam memasuki kehidupan perkawinan. Salah satu faktor darikematangan sosial seseorang yaitu enough dating. Dating merupakan kesempatan bagipasangan untuk saling mengenal dan untuk mengembangkan keterampiian-keterampilaninterpersonal yang sangat berguna bagi kehidupan perkawinan. Ditinjau darigambarannya, di Indonesia dating dapat disamakan dengan pacaran karena dating danpacaran mempunyai kesamaan dalam beberapa hal. Biasanya pacaran merupakanproses awai menuju perkawinan atau dengan kata lain pacaran merupakan sarana dalammemilih pasangan yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup (Benokraitis, 1996).Perkawinan dalam pandangan agama Islam merupakan suatu peristiwa yangfitrah karena perkawinan merupakan salah satu sarana mengekspresikan sifat-sifat dasar(fitrah) manusia. Dalam proses menuju perkawinan, pacaran merupakan cara yang biasadilakukan masyarakat di Indonesia pada umumnya termasuk masyarakat yang beragama Islam dalam mengenal dan memilih calon pasangan. Namun, ada juga masyarakatmuslim di Indonesia yang tidak melalul pacaran dalam memilih dan mengenal calonpasangannya karena mereka menganggap bahwa pacaran adalah perbuatan yang tidaksesuai dengan nilai-nilai Islam. Akan tetapi, agama Islam memperbolehkan calonpasangan untuk saling mengenal satu sama lain dengan tujuan yang jelas yaitu untukmelangsungkan perkawinan.Berdasarkan fenomena yang terjadi pada sebagian masyarakat muslim diIndonesia yang peneliti anggap unik dalam proses mendapatkan pasangan hidup, makapeneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pasangan yang melakukanperkawinan tanpa pacaran terlebih dahulu. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatifdengan tipe penelitian studi kasus untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.Peneliti menggunakan teori-teori tentang perkawinan dan menggunakan teoripenyesuaian perkawinan pada pasangan yang dikemukakan oleh Spanier (1976) yangterdiri dari beberapa dimensi. Dimensi-dimensi tersebut yaitu dyadic consensus(kesepakatan dalam hubungan), dyadic cohesion (kedekatan dalam hubungan), dyadicsatisfaction (kepuasan dalam hubungan) dan affectlonal expression (ekspresi kasihsayang dalam hubungan).Gambaran penyesuaian perkawinan yang di dapat dari hasil penelitian ini yaitupada dimensi dyadic consensus: secara umum semua pasangan melakukankesepakatan dalam kehidupan perkawinan mereka. Pada dimensi dyadic cohesion:secara umum semua pasangan merasa dekat dengan pasangannya, terutama kedekatansecara emosi. Pada dimensi dyadic satisfaction: secara umum semua pasangan merasapuas dan bahagia dengan perkawinan yang mereka lakukan. Pada dimensi affectlonalexpression: secara umum semua pasangan mengungkapkan rasa sayang terhadappasangannya dengan lisan, tulisan dan perbuatan. Masalah-masalah yang dihadapi olehmasing-masing pasangan. Pasangan 1, masalah yang sama-sama mereka rasakan yaituperan yang sedang Indah sandang yaitu sebagai mahasiswa pasca sarjana. Pasangan 2masalah yang sama-sama mereka rasakan yaitu masalah ekonomi. Pasangan 3 masalahyang sama-sama mereka rasakan yaitu masalah ekonomi dan penerimaan orang tuaAnisa. |