Penelitian ini menganalisis stilistika sastra Seno Gumira Ajidarma (SGA) dalam cerita pendek “Rembulan dalam Capucino” dari sudut pandang postmodern Lyotard. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis menemukan kepostmodernan gaya SGA yang melibatkan sekurang-kurangnya tujuh gaya postmodernisme, yakni fragmentasi, permainan bahasa yang sublim, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Gaya fragmentasi terlihat pada gaya penggabungan sejumlah fragmen terpisah tentang rembulan sehingga menciptakan makna baru. Permainan bahasa yang sublim tampak pada permainan SGA mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Gaya pastiche terlihat pada pengutipan puisi Pablo Neruda yang menceritakan singkatnya mencintai seseorang dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang. Gaya parodi terlihat pada penukaran rembulan dengan soto Betawi di restoran Italia. Gaya kitsch, Gaya camp muncul pada peniadaan nama-nama tokoh selayaknya cerpen kebanyakan. Gaya skizofrenia muncul pada pengisahan SGA mengenai rembulan yang dapat dijadikansebagai tanda atau simbol makna yangbergeser antara penanda danpetandanya. Ketika makna rembulan yang telah mapan mengacu pada ‘benda langit yg mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’ dan ‘kecantikan malam’, SGA menggeser maknanya sebagai sebuah beban melupakan seseorang. |