ABSTRAK Metode kontrasepsi jangka panjang diharapkan dapat menurunkan fertilitas diIndonesia serta menurunkan angka kematian ibu yang masih cukup tinggi. Oleh karenaitu, pemerintah membuat Renstra 2015-2019 dan menargetkan capaian persentasepeserta KB aktif MKJP tahun 2017 menurut yaitu 21,7%. (BKKBN,2015). Pemakaiankontrasepsi di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat tahun 2017masih didominasi oleh pengguna non MKJP yaitu sebesar 94,46 sementara penggunaMKJP hanya 5,44%. Tujuan penulisan ini untuk menganalisis hambatan keikutsertaanMetode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Semparuk Kabupaten SambasKalimantan Barat Tahun 2019. Penelitian kuantitatif dengan desain potong lintangmerupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menerangkanumur dan dukungan suami tidak ada hubungan dengan keikutsertaaan menggunakanMetode kontrasepsi jangka panjang sedangkan pendidikan (p-value=0,039, POR=6,234,CI=1,279-30,396), pengetahuan (p-value=0,002, POR=6,682, CI=2,186-20,426),jumlah anak (p-value=0,024, POR=0,270, CI=0,092-0,792), keterpaparan informasi (pvalue=0,028, POR=3,593, CI=1,226-10,533, dan ketersediaan alat kontrasepsi (pvalue=0,049, POR=3,916, CI=1,090-14,067 mempengaruhi keikutsertaan menggunakanMKJP. Saran penelitian yaitu untuk BKKBN dapat melakukan pengadaan PLKB yangsebagai perpanjangan tangan dari BKKBN untuk menyampaikan informasi tentangkontrasepsi dimasyarakat. Untuk PLKB memberikan informasi kepada pasangan usiasubur tentang efek samping alat kontrasepsi, cara mengatasi efek samping, waktu danjadwal KB, dan Cara menggunakan/pemasangan alat/cara KB. Untuk PenelitianSelanjutnya melakukan penelitian secara kualitatif tentang keikutsertaan MKJP agarbisa mengetahui lebih mendalam tentang alasan ketidakikutsertaan MKJP. Variabelnyadapat ditambah dengan efek samping kontrasepsi yang digunakan, jumlah anak yangdiinginkan, kompetensi bidan dalam pemasangan MKJP dan lain sebagainya. ABSTRACT Long-acting reversible contraceptive methods are expected to reduce fertility inIndonesia and reduce maternal mortality rates which are still quite high. Therefore, thegovernment made the 2015-2019 Strategic Plan and targeted the achievement of thepercentage of active LARC family planning participants in 2017 according to 21.7%.(BKKBN, 2015). The use of contraception in the District of Semparuk, SambasRegency, West Kalimantan in 2017 is still dominated by non-LARC users, whichamounted to 94.46 while LARC users were only 5.44%. The aims of this study is toanalyze the barriers to the participation of the Long-Term Contraception Method inSemparuk Subdistrict, Sambas District, West Kalimantan in 2019. Quantitative researchwith the cross-sectional design is the method used in this study. The results of the studyexplained the age and support of the husband there was no relationship withparticipation using long-term contraceptive methods while Education (p-value = 0.039,CI = 1.2799-30396, POR = 6.234), knowledge (p-value=0,002, CI=2,186-20,426,POR=6,682), number of children (p-value=0,024, CI=0,092-0,792, POR=0,270,),Information exposure (p-value = 0,028, CI = 1,226-10,533, POR = 3,593), andAvailability of contraception (p-value = 0,049, CI = 1.090-14.067, POR = 3.916) affectsparticipation using LARC. Suggestions for research are that the BKKBN can carry outPLKB procurement which is an extension of the BKKBN for convey information aboutcontraception in the community. For the PLKB provide information to couples ofchildbearing age about the side effects of contraceptives, how to deal with side effects,time and schedule of family planning, and how to use/install a family planning device.For Research Next, conduct research qualitatively about LARC participation so thatthey can discuss further about the reasons for LARC's participation. The variables canbe added to the side effects used, the number of children desired, the competence ofmidwives in the installation of LARC and so on. |