Agensi sebagai Pembentuk Ruang Berekspresi Dialita dan Sahabat Dialita = Agency as the Maker of Expression Space of Dialita and Sahabat Dialita
Alberta Christina Cahya Pertiwi;
Rhino Ariefiansyah, supervisor
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019)
|
Persoalan mengenai penyintas 1965 dapat dilihat secara kompleks dan tidak terbatas pada segi gerakan sosial atau melihat hanya sebagai kelompok rentan. Tulisan ini berfokus pada agensi pada Dialita, suatu kelompok musik yang berisi para penyintas perempuan dari peristiwa penangkapan dan penganiayaan massal yang diawali Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) tahun 1965, dan Sahabat Dialita, sebuah istilah yang digunakan Dialita untuk menyebut individu-individu yang membantu Dialita untuk mencapai tujuannya, dalam membentuk ruang berekspresi. Berangkat dari pemaparan mengenai pengalaman yang dialami para penyintas 1965 dan upaya yang dilakukan kini, diketahui bahwa agensi dimiliki oleh para individu sebagai agen untuk membentuk ruang berekspresi yang turut berfungsi sebagai pemulih atas trauma terhadap kejadian tahun 1965. Agensi yang dimiliki Dialita dan Sahabat Dialita turut membentuk karya seni yang tercipta karena adanya pengalaman yang dialami Dialita dan Sahabat Dialita. Proses berkesenian yang dilakukan Dialita dan Sahabat Dialita membutuhkan ruang. Ruang berekspresi merupakan ruang para anggota Dialita dan Sahabat Dialita bertemu, bercerita dan mengutarakan pikiran, serta berlatih menyanyi. Upaya Dialita dan Sahabat Dialita untuk menciptakan ruang berekspresi merupakan bentuk dari ruang sosial. Bentuk resistensi terhadap apa yang mereka alami dan usaha untuk menyampaikan wacana kemanusiaan juga bentuk dari ekspresi yang disebabkan agensi. Agency as the Maker of The issue of 1965 survivors can be seen in a complex way and not limited to the social movement aspek or seeing only as a vulnerable group. This paper focuses on the agency at Dialita, a music group that contains female survivors from the events of mass arrests and persecution that began with the Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) in 1965, and Sahabat Dialita, a term used by Dialita to refer to individuals who help Dialita to achieve its goals, in forming expression space. Drawing from the presentation of the 1965 survivors’ experiences, it is known that the agency is owned by individuals as agents to form an expression space which functions as a restorer of the trauma because the events in 1965. Agency, that Dialita and Sahabat Dialita have, also forms artworks which are created by Dialita and Sahabat Dialita’s experiences. The process of making artworks needs space. The expression space is the space for Dialita dan Sahabat Dialita members to tell stories, express thoughts, and practice singing. The efforts of Dialita and Sahabat Dialita to create expression space are a form of social space. The resistance from the experience and effort to convey human discourse are also forms of expressions caused by agencies. |
S-Alberta Christina Cahya Pertiwi.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xiv, 156 pages : illustration ; 28 cm |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-pdf | 14-22-65176025 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20490439 |