Kehidupan di perkotaan saling terkait antara keadaan perkotaan secara fisik (kepadatan populasi, polusi, temperature yang ekstrem, limbah padat yang berlebihan, degradasi lanskap, dll.) dengan individu perkotaan. Jika keadaan perkotaan yang seperti ini sudah berada di luar batas toleransi, individu di dalam perkotaan tersebut bisa merasa stress (Rishi dan Khuntia, 2012). Menghadapi hal itu, manusia membutuhkan tempat yang dapat mengurangi rasa stress—salah satunya dengan beraktivitas di kafe sebagai sebuah tempat ketiga (Oldenburg, 1989). Kafe mulai populer dikalangan masyarakat Jakarta dengan berbagai macam konsep desain yang unik dan menarik. Istilah “experience selling” pada desain kafe merujuk pada prioritas kafe untuk menghadirkan desain yang spesifik dan dapat memberikan kepuasan terhadap pengunjung atau konsumen (Agarwal, 2009). Secara psikologis manusia memiliki kecenderungan yang sangat kuat terhadap alam. Hal ini disebut dengan konsep Biophilia dimana manusia secara psikologis memiliki kecenderungan yang kuat untuk terikat dengan alam (Wilson, 1984). Untuk merespon kebutuhan manusia akan tempat yang dapat mengurangi rasa stress, desain biofilik mulai diperkenalkan oleh Kellert (2013) sebagai penerapan konsep Biophilia dalam desain. Desain biofilik merupakan upaya untuk memahami pemahaman tentang ketertarikan manusia yang melekat untuk berhubungan dengan sistem dan proses alami ke dalam desain lingkungan binaan (Heerwagen, Kellert dan Mador, 2013). Dengan penerapan desain biofilik di kafe, diharapkan pengunjung kafe menghabiskan waktunya lebih lama dibandingkan dengan kafe yang tidak menggunakan desain biofilik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain biofilik terhadap durasi serta macam aktivitas pengunjung kafe, serta mengkaji pola-pola biofilik yang diterapkan di kafe Semusim dan kafe Brownstones Bintaro. Urban’s life is interrelated between physical urban conditions (population density, pollution, extreme temperatures, excessive solid waste, landscape degradation, etc.) with urban individuals. If the urban’s condition is out of tolerance, individuals in urban areas can feel stressed (Rishi and Khuntia, 2012). Facing that, humans need a place to reduce stressful feelings –by doing activities in the cafe as a third place (Oldenburg, 1989). Many cafes have shown up with a unique and interesting design. “Experienced Selling” is the priority in creating cafes with specific design and it can provide customer satisfaction (Agarwal, 2009). Psychologically humans have a very strong tendency towards nature accord to the concept of Biophilia (Wilson, 1984). Response in these human needs, Kellert (2013) introduced biophilic design as an application of the concept of biophilia in design. Biophilic design is an attempt to understand the understanding of human interest inherent in dealing with natural systems and processes into the design of the built environment (Heerwagen, Kellert and Mador, 2013). With the application of biophilic designs in cafes, it is assumed that the visitors will spend more time compare to cafes without biophilic designs. This research aims to determine the influence of biophilic design applications on cafe visitor's duration of stay by examining biophilic patterns applied, and type of activity in Semusim coffee garden; a café with applied biophilic design and Brownstones coffee; a café without biophilic design, Bintaro. |