Daya saing Indonesia berdasarkan laporan dari Global Competitiveness Index 2017-2018 masih menduduki peringkat 31, jauh dibawah Malaysia dan Singapura. Hal tersebut mencerminkan kecilnya anggaran Pemerintah yang dialokasikan untuk riset dan inovasi yang hanya 0.1% dari PDB. Umumnya di Negara Berkembang ada kerjasama antara Pemerintah, Sektor Industri/Swasta dan Perguruan Tinggi dalam melakukan riset dan inovasi, sehingga kecilnya anggaran dapat teratasi. Perguruan Tinggi dipercaya sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang mampu mengasilkan inovasi, namun penelitian yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi belum mampu diserap oleh Industri. Selain itu, Industri yang ada di Indonesia juga belum mampu menjangkau hasil penelitian yang ada di Perguruan Tinggi. Celah inilah yang menghambat terwujudnya kerjasama antar Perguruan Tinggi, Industri/Swasta dan Pemerintah. Untuk dapat mengisi celah tersebut maka perlu suatu solusi dalam memfasilitasi kerjasama tersebut yang diwujudkan dalam bentuk Science Technopark, dimana Pemerintah telah menginisiasi Program 100 Science Technopark. Berbagai perbedaan kepentingan dari masing-masing pihak tersebut diharapkan dapat diselesaikan melalui suatu kelembagaan didalam Science Technopark. Dalam dapat menyusun suatu kelembagaan Science Technopark perlu dilakukan identifkasi Pemangku Kepentingan dari ke empat unsur (Perguruan Tinggi/Perguruan Tinggi, Sektor Industri/Swasta, Pemerintah dan Masyarakat) yang terlibat pada inisiasi Science Technopark di Perguruan Tinggi dengan metode Stakeholder Analysis. Setelah Pemangku Kepentingan teridentifikasi maka dilakukan Analisis Jaringan Sosial-nya dengan (SNA) untuk menilai keterkaitan antar para aktor tersebut. . Penerapan SNA ini adalah untuk mencari Aktor Kunci yang dapat dilibatkan dalam satu lembaga Science Technopark di Perguruan Tinggi. Dari hasil penelitian dihasilkan bahwa Industri berperan sebagai aktor yang Aktif dalam menjalin hubungan dengan Perguruan Tinggi sebagai sumber teknologi. Pemerintah dianggap sebagai aktor yang memiliki Power dalam merumuskan regulasi. Sedangkan Perguruan Tinggi merupakan aktor yang banyak terhubung dengan pemangku kepentingan lain dan juga memiliki kepentingan dalam pengembangan Science Technopark. Model lembaga yang cocok diterapkan pada tahapan inisiasi Science Technopark dapat berupa BLU juga konsorsium, namun idealnya Science Technopark dikelola dalam bentuk Perseroan / PT.
Indonesia's competitiveness rank based on reports from the 2017-2018 Global Competitiveness Index still uses rank 31, far below Malaysia and Singapore. This reflects the small budget allocated for research and innovation which is only 0.1% of GDP. In Developing Countries there were Coopereation held between Government, Industrial / Private Sector and Universities in conducting research and innovation, so that the small budget problem can be overcome. Universities believed to be the source of knowledge and human resources capable of producing innovation, but the research produced by the University has not been able to be absorbed by the industry. In addition, industries in Indonesia have not been able to reach the results of research at the University. This gap is what inhibits the realization of cooperation between Universities, Industry / Private and Government. To be able to fill this gap, a solution is needed to facilitate collaboration that can be done in the form of Science Technopark, where the Government of Indonesia has initiated the 100 Science & Technopark Program. Various differences in the interests of each party are expected to be resolved through an institution in the Science & Technopark. In being able to arrange a Science Technopark institution it is necessary to identify Stakeholders from the four elements (University / College, Industrial / Private Sector, Government and Society) involved in the initiation of Technopark Science at the University with the Stakeholder Analysis method. After the Stakeholder is identified, a Social Network Analysis (SNA) method is conducted, to be able to see the influence of a Stakeholder on other Actors in a network. The application of this SNA is to find Key Actors who can be involved in a Technopark Science institution at the University. From the results of the study, it was found that the industry played an active actor in establishing relationships with Universities as a source of technology. The government is considered as an actor who has Power in formulating regulations. While Universities is an actor who is much connected with other stakeholders and also has an interest in the development of Science Technopark . The model of the institution that is suitable to be applied at the initiation stage of the Science Technopark can be in the form of a BLU as well as a consortium, but ideally Science Technopark is managed in the form of a Company / PT. |