Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran grit sebagai prediktor opini subjektif kesejahteraan di sekolah untuk siswa sekolah menengah di Jakarta dan Depok. Kesejahteraan subjektif sekolah adalah keadaan siswa yang menilai pengalaman secara subjektif dan emosional kehidupan sekolah mereka (Tian, 2008). Sedangkan grit adalah ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). Sebanyak 459 siswa SMA mengikuti studi ini dengan mengisi Alat ukur kuisioner Penjelasan Singkat Kesejahteraan Subyektif Remaja dalam Skala Sekolah (BASWBSS)(Tian, 2008) dan Short Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa grit memiliki peran yang positif dan signifikan sebagai prediktor kesejahteraan subjektif di sekolah, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil Dikatakan bahwa, dapat dikatakan siswa dengan grit yang lebih tinggi akan memiliki juga kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi di sekolah, dan sebaliknya. This research was conducted to see the role of grit as a predictor of welfare opinion in schools for high school students in Jakarta and Depok. Subjective welfare of the school is the condition of students who assess experiences subjectively and emotionallytheir school life (Tian, 2008). Whereas grit is persistence and passion for long-term goals (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). A total of 459 high school students participated in this study by filling out a questionnaire measuring tool Brief Explanation of Youth Subjective Welfare on a School Scale (BASWBSS) (Tian, 2008) and Short Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). The results of this study indicate that grit has a positive and significant role as a predictor of subjective welfare in schools, and vice versa. Based on the results, it is said that, it can be said that students with higher grit will also have higher subjective welfare in school, and vice versa. |