Pendahuluan: Kehamilan tidak diharapkan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Wanita muda, tanpa pasangan, kegagalan kontrasepsi, serta paritas yang tinggi diberbagai literatur disebutkan sebagai faktor yang meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Paritas yang tinggi akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dengan kehamilan tidak diharapkan pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir selama periode 2013 – 2017 berjumlah 15.316 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalen rasio paritas dan kehamilan tidak diharapkan. Crude dan adjusted prevalen rasio (cPR dan aPR) akan dinilai pada penelitian ini. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Hasil: Dari 15.316 WUS terdapat setidaknya 16,9% menyatakan mengalami kehamilan tidak diharapkan. Responden WUS 50,9% diantaranya berumur 25 – 34 tahun, 89,8% menyatakan memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi, serta menikah dan tinggal dengan suami 87,4%. Nilai cPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) dibandingkan dengan WUS paritas 1 – 2 anak. Hasil analisis multivariat aPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) setelah dikontrol oleh variabel tempat tinggal, pendidikan, riwayat kontrasepsi, serta status pernikahan dan variabel interaksi. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan bahwa semakin tinggi paritas pada WUS, meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Oleh sebab itu, perlu terus melakukan edukasi dan penyuluhan pada WUS dan pasangannya dalam merencanakan kehamilan, sehingga setiap kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang diharapkan.
Background: Unintended pregnancy is public health problems. A lot of literatures mention young women with no partner, contraceptive failure and high parity are factors that increase the risk of unintended pregnancy. High parity will impact mother and the baby and increase morbidity and mortality. This study aims to determine the association between parity and unintended pregnancy in women childbearing age in Indonesia. Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child during 2013 – 2017, total 15.316 respondents. Data were analysed using cox regression to determine the prevalence ratio between parity and unintended pregnancy. Crude and adjusted prevalence ratio (cPR and aPR) will be assessed in this study. Significant level was showed by confident interval (CI) 95%. Results: Total 15.316 sample, 16.9% was stated unintended pregnancy. More than 50% women childbearing age were 25 – 34 years old, 89.8% ever used contraceptive, and 87.4% were married and lived with husband. cPR Women childbearing age with parity 3 – 4 children were 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) while parity ≥5 children cPR around 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) compared with parity 1-2 children. Multivariate analysis show aPR were 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) for women with parity 3 – 4 children and parity ≥5 children 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) after being controlled by residence, education, contraception history, marital status and interaction. Conclusion: This study found that high parity in women childbearing age will increase the risk of unintended pregnancy. Therefore, it is necessary to continue to educate women and their partner in planning a pregnancy. |