ABSTRAK Stunting (pendek) merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengantinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kecamatan TanjungAgung Palik memiliki persentase stunting tertinggi (47,48%), Desa yang menjadi lokasipenelitian adalah Desa Sengkuang dan Desa Sawang Lebar, kedua desa tersebutmerupakan desa yang paling tinggi kejadian stunting. Tujuan Penelitian ini untukmenganalisis sosial budaya suku Rejang terkait dengan stunting. Metode penelitian inimenggunakan kualitatif Rapid Ethnografi. Informan utama dalam penelitian ini adalah 4ibu yang memiliki anak balita stunting dengan ekonomi rendah, 4 ibu yang memiliki balitastunting dengan ekonomi menengah dan 4 ibu yang memiliki anak balita normal denganekonomi rendah, yang tinggal di suku Rejang Kecamatan Tanjung Agung Palik yangdipilih dengan metode purposive sampling yang datanya sudah diketahui dari sistem e-PPGBM Puskesmas berdasarkan pengukuran antropometri. Pengumpulan data dilakukanmelalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi yang dilaksanakan pada bulanApril-Juni 2019 di Kecamatan Tanjung Agung Palik. Hasil penelitian menunjukan bahwapenyebab stunting pada masyarakat suku Rejang disebabkan oleh 1) Lingkungan danSanitasi yang buruk, 2) Masih belum melakukan ASI eksklusif, 3) Pemberian MP-ASI dinibalita, 4) Pola pemberian makanan yang masih rendah, 5) Pengetahuan masyarakat yangmasih rendah, 6) Masih adanya kepercayaan tentang pantang makan pada ibu hamil danbalita. Disarankan agar ada upaya penurunan kepercayaan pantang makan ibu hamil dananak balita, pengetahuan lingkungan dan sanitasi, mengurangi pemberian makananprelakteal pada bayi baru lahir, pola pemberian makan dan cakupan pemberian MP-ASIdini melalui penyuluhan rutin dengan melibatkan orang tua balita dan bermitra dengandukun untuk memberikan edukasi akan pentingnya kesadaran ibu terkait gizi. ABSTRACT Stunting is a chronic nutritional problem on toddlers characterised by a shorter heightcompared to the children in their age group. Tanjung Agung Palik District has the higheststunting case percentage (47,48%), the villages used as a sample for this thesis are theSengkuang and Sawang Lebar village. These two village has the highest numbers ofstunting cases. The purpose of this research is to analyse from a socio-cultural aspect ofhow the Rejang Tribe deals with stunting. This research uses a Rapid Etnographic method.The main informants for this research are 4 mothers with stunted toddlers from low incomefamilies, 4 mothers with stunted toddlers from middle income families, and 4 mothers withnormal toddlers from low income families all od whic are from the Rejang Tribe in theTanjung Agung Palik District selected by purposive sampling method whose data is knownfrom the Puskesmas e-PPGBM system based on anthropometric measurements. The datawere collected through an in-depth interview and participative observation conductedbetween April to June 2019 in the Tanjung Agung Palik District. The research resultsconcluded that the stunting cases in the Rejang Tribe are caused by 1) Bad environmentand sanitation, 2) Still not doing exclusive breastfeeding, 3) Provision of early MP-ASI fortoddlers, 4) The pattern of feeding is still low, 5) Community knowledge that is still low,6) There is still a belief about abstinence in pregnant women and toddlers. It isrecommended that there be an effort to reduce the confidence of abstinence from pregnantwomen and toddlers, knowledge of the environment and sanitation, reduce prelactealfeeding in newborns, feeding patterns and coverage of early MP-ASI through routinecounseling involving parents of toddlers and partnering with traditional healers to provideeducation on the importance of maternal awareness regarding nutrition. |