KLB keracunan pangan di sekolah umumnya diduga disebabkan oleh pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang terkontaminasi bakteri patogen akibat praktek higiene sanitasi yang kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi pangan pedagang PJAS dengan status cemaran mikrobiologi PJAS di sekolah dasar di Provinsi Jawa Barat tahun 2016-2018. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Cirebon, Kota Depok, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Kuningan. Status cemaran mikrobiologi PJAS diperoleh dari data sekunder uji kualitas mikrobiologi PJAS sedangkan status higiene sanitasi pangan pedagang diperoleh dari data sekunder inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) pedagang PJAS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Subjek penelitian adalah 105 pedagang PJAS di sekolah dasar yang menjadi sasaran IKL dari tujuh Kabupaten/Kota. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Pedagang yang tidak memenuhi syarat higiene sanitasi pangan berisiko 1.93 kali untuk mengalami cemaran mikrobiologi PJAS dibandingkan dengan pedagang yang memenuhi syarat higiene sanitasi pangan setelah dikontrol pembinaan sebelum inspeksi dan keterlibatan pedagang dalam kursus higiene sanitasi. Pembinaan pedagang PJAS merupakan intervensi kesehatan lingkungan yang sangat penting untuk meningkatkan praktek higiene sanitasi pangan pedagang sehingga mencegah terjadinya cemaran mikrobiologi PJAS. Food poisoning outbreaks in schools are generally estimated to be caused by microbiologically contaminated foods due to poor hygiene sanitation practices. This study aimed to determine the association of food vendors hygiene sanitation with food microbiological contamination status in primary schools in West Java Province year 2016-2018. This study used the cross-sectional design which was conducted in 7 regencies/municipalities in West Java Province, namely Cirebon Municipality, Depok Municipality, Tasikmalaya Municipality, West Bandung, Ciamis, Cirebon, and Kuningan. Food microbiological contamination status was obtained from food microbiological quality test while food vendors hygiene sanitation status was obtained from food vendors environmental health inspections in primary schools conducted by Local Health Office. The subjects were 105 food vendors in elementary schools from seven regencies/municipalities who are subjected to environmental health inspections. Univariate, bivariate and multivariate analysis was performed. Food vendors who did not meet hygiene sanitation requirements were at risk 1.93 times to experience food microbiological contamination compared to food vendors who meet hygiene sanitation requirements after controlled by fostering food vendors before inspection and food vendors involvement in hygiene sanitation training. Fostering food vendors is important environmental health intervention to improve hygiene sanitation practices to prevent food microbiological contamination occurs. |