Proyek-proyek pemerintah yang dianggap sebagai proyek partisipatoris perlu dikaji kembali. Riset ini menganalisis dan mengukur komunikasi antara fasilitator BRG (Badan Restorasi Gambut) dengan penduduk Desa Tanjung Taruna menggunakan metode-metode Participatory Situation Analysis (PSA). Ditemukan bahwa beberapa kegiatan restorasi menunjukan tanda-tanda partisipasi interaktif, khususnya dalam aktivitas berternak ayam, memancing ikan, dan membangun usaha domestik (usaha memasak, menjahit, dan menenun). Namun di sisi lain, menyekat kanal, mambangun sumur bor, dan berternak sapi menunjukan gejala-gejala partisipasi semu. Hal ini disebabkan oleh pertentangan dari para penduduk desa, sekaligus kurangnya kohesi sosial dan aksi kolektif dari warga desa dalam memimpin kegiatan restorasi di Desa Tanjung Taruna secara mandiri. With claims of government initiatives as participatory communication, it is necessary to interrogate what it really means to be participatory. This research analyses and gauges the communication between BRG (Indonesian Peatland Restoration Agency) village facilitators and the village community members of the Tanjung Taruna Village using Participatory Situation Analysis (PSA). It was found that some peatland restoration activities showed interactive participation, specifically in poultry farming, fishing and developing domestic businesses (cooking, baking, sewing and weaving). On the other hand, canal blocking, deep well building and cattle farming showed symptoms of pseudo-participation. This was due to dissent among village community members, along with a lack of social cohesion and collective action within peatland restoration activities. |