Kupasrahkan diriku antara kata dan umpama agar kau bisa membaca: kau seru hidupku angin bagi wajahku, cahaya bagi mataku bukit bagi pundakku, lembah bagi lenganku guruh bagi jantungku, mata air bagi hatiku api bagi pinggangku, padang bagi kakiku Tiada yang tersembunyi darimu karena cinta mesti bebas menari dan bernyanyi seperti maut. seperti maut. seperti maut. sepertimaut Membaca sajak-sajak Adimas Immanuel ibarat mendengarkan seseorang yang sedang bersenandika tentang cinta sehabis membaca berbagai narasi dalam Kitab Suci yang penuh tamsil. Tidak mudah "memahami tamsil dan menerka hal ganjil sebab "kau meledakkan diri dan tidak menyisakan sedikit pun kata-kata untuk kubaca". Cinta lebih muskil dari tamsil. Alih-alih mau menjadi pencari makna dan pendedah tamsil, si "aku" malah beralih rupa menjadi tamsil bagi dirinya sendiri. Cinta dalam permenungan Dimas adalah cinta yang gelisah. - |