Latar Belakang: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang mengandung zat antijamur. Faktor virulensi berperan penting dalam proses infeksi Candida albicans, salah satunya adalah sekresi enzim fosfolipase yang dapat merusak membran sel inang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penghambatan dan pemberantasan aktivitas enzim fosfolipase pada fase awal, intermediet, dan pematangan biofilm C. albicans ATCC 10231. Metode: Efek penghambatan ekstrak etanol temulawak diamati dengan menginkubasi C. albicans selama 1,5 jam, kemudian dipapar ekstrak KHBM50. etanol temulawak kemudian diinkubasi selama 6, 24, dan 48 jam untuk mencapai fase awal, intermediet, dan pematangan biofilm C. albicans. Efek eradikasi diamati dengan menginkubasi C. albicans selama 6, 24, dan 48 jam, kemudian dipapar KEBM50 EET dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. KHBM50 dan KEBM50 EET (kelompok perlakuan), nistatin 100.000 IU (kontrol positif), dan SDB (kontrol negatif). Aktivitas enzim fosfolipase dianalisis berdasarkan luas zona pengendapan yang terbentuk pada agar kuning telur. Hasil: KHBM50 EET pada fase awal 15%, intermediate 15%, dan pematangan 25%. Nilai KEBM50 EET untuk ketiga fase biofilm C. albicans adalah 35%. Pada kontrol positif baik inhibisi maupun eradikasi, tidak terlihat adanya zona presipitasi pada ketiga fase biofilm C. albicans. Sementara itu, kelompok penghambatan dan pemberantasan menunjukkan ukuran zona pengendapan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif pada ketiga fase biofilm C. albicans. Kesimpulan: Aktivitas enzim fosfolipase cenderung menurun pada fase awal, menengah, dan pematangan biofilm C. albicans setelah penghambatan dan eradikasi ekstrak etanol temulawak. Background: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant native to Indonesia that contains antifungal substances. Virulence factors play an important role in the process of Candida albicans infection, one of which is the secretion of phospholipase enzymes that can damage host cell membranes. Objective: This study aimed to analyze the effect of inhibition and eradication of phospholipase enzyme activity in the early, intermediate, and maturation phases of C. albicans ATCC 10231 biofilm. Methods: The inhibitory effect of temulawak ethanol extract was observed by incubating C. albicans for 1.5 hours, then exposed to KHBM50 extract. Temulawak ethanol was then incubated for 6, 24, and 48 hours to reach the initial, intermediate, and maturation phases of the C. albicans biofilm. The eradication effect was observed by incubating C. albicans for 6, 24, and 48 hours, then exposed to KEBM50 EET and incubated at 37ºC for 24 hours. KHBM50 and KEBM50 EET (treatment group), nystatin 100,000 IU (positive control), and SDB (negative control). The activity of the phospholipase enzyme was analyzed based on the area of the deposition zone formed on egg yolk agar. Results: KHBM50 EET in early phase 15%, intermediate 15%, and maturation 25%. The KEBM50 EET value for the three phases of the C. albicans biofilm was 35%. In the positive control, both inhibition and eradication, no precipitation zones were seen in the three phases of the C. albicans biofilm. Meanwhile, the inhibition and eradication groups showed a smaller deposition zone size when compared to the negative control group in all three phases of the C. albicans biofilm. Conclusion: The activity of the phospholipase enzyme tends to decrease in the early, intermediate, and maturation phases of C. albicans biofilm after inhibition and eradication of ethanol extract of temulawak. |