Latar belakang: Status epileptikus non konvulsif (SENK) dapat ditemukan padacedera kepala sedang-berat (CKS-B). Timbulnya kejang pascatrauma dapatmemperberat cedera otak yang sudah terjadi, sehingga dapat mempengaruhi luaran.Gejala klinis SENK tidak spesifik, sehingga membutuhkan pemeriksaanelektroensefalografi (EEG) dalam penegakkan diagnosis. Penelitian ini bertujuanmengetahui angka kejadian SENK, faktor yang mempengaruhi, gambaran demografi(usia, jenis kelamin dan luaran), gejala klinis, gambaran pencitraan dan EEG padapasien CKS-B dengan SENK.Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan sampelterdiri dari data primer, yaitu semua CKS-B dari bulan Juli-Desember 2019 secaraconsecutive sampling dan data sekunder, yaitu subjek CKS-B dengan klinis kecurigaanSENK dari bulan Januari 2017-Juni 2019 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional CiptoMangunkusumo (RSUPNCM), Jakarta. Penegakkan diagnosis SENK dilakukan melaluikriteria modified salzburg consensus criteria for non convulsive status epilepticus(mSCNC).Hasil penelitian: Sebanyak 39 sampel CKS-B masuk ke dalam penelitian yang terdiridari 14 data primer dan 25 data sekunder. Sebanyak 19 dari 39 sampel terdiagnosisSENK. Proporsi insiden SENK pada CKS-B dari Juli-Desember 2019 sebesar 21,4% (3dari 14 sampel). Pada kelompok SENK didapatkan usia lebih tua, laki-laki lebih banyakdari perempuan (3:1) dan kecelakaan lalu lintas sebagai mekanisme utama. Manifestasiklinis SENK, antara lain penurunan kesadaran (23,1%), agitasi psikomotor (12,8%),delirium (5,1%) dan gangguan persepsi (5,1%). Lobus frontal dan SAH merupakandaerah lokasi cedera dan patologi terbanyak. Hanya didapatkan 2 sampel dengan kriteriadefinit SENK dan selebihnya possible SENK. Sebagian besar bangkitan SENK berasaldari lobus temporal. Analisis multivariat menunjukkan lokasi cedera lobus temporalbermakna berhubungan dengan kejadian SENK (p = 0,036, OR 11,45 (95% IK 1,17-111,6).Kesimpulan: Proporsi insiden SENK pada CKS-B di RSUPNCM sebesar 21,4%.Penurunan kesadaran merupakan gejala klinis SENK terbanyak. Lobus temporalmerupakan faktor yang berhubungan terhadap kejadian SENK. Background: Non convulsive status epilepticus (NCSE) can be accounted by moderateseveretraumatic brain injury (TBI). Posttraumatic seizure can aggravate the previousinjury and produce poor outcome. Electroecephalography (EEG) was employed asdiagnostic tool because unspecified clinical symptoms. This study was aimed to findincidence proportion, associated risk factors, demographic profiles (age, gender,outcome), clinical symptoms, imaging and EEG patterns of NCSE in moderate-severeTBI patients.Method: Cross-sectional design was applied ini this study. Data is consist of primarydata which include all moderate-severe TBI since July-December 2019 by consecutivesampling and secondary data which include moderate-severe TBI since January 2017-June 2019 with highly suspicious NCSE symptoms in Cipto Mangunkusumo Hospital,Jakarta. EEG was employed as diagnostic tool by using modified salzburg consensuscriteria for non convulsive status epilepticus (mSCNC) as a criteria.Result: Of 39 samples, 19 moderate-severe TBI samples (14 primary data, 25secondary data) were diagnosed as NCSE. Incidence proportion of NCSE from July-December 2019 is 21,4% (3 from 14 samples). Older age, man gender, traffic accidentand worse outcome are the most common NCSE demographic profiles. Loss ofconsciousness (23,1%) is a main symptom, followed by psychomotor agitation (12,8%),delirium (5,1%) dan perception disturbance (5,1%). Frontal lobe and SAH areconsecutively as the most common injury location and pathologic finding. Only 2samples have definite NCSE diagnosis and the remaining as possible NCSE. Most ofNCSE discharges were originated from temporal lobe. Temporal lobe injury locationhas significance relation toward SENK occurance (p = 0,036, OR 11,45 (95% CI 1,17-111,6).Conclusion: Incidence proportion of NCSE in moderate-severe TBI is 21,4%. Loss ofconsciousness is the most finding symptoms. Temporal lobe is a factor relates to NCSEoccurance. |