Connecting home to nature: beyond gendered oppressor-victim dualities in The Loud House = Mengaitkan rumah dengan alam: melampaui dualitas gender penindas-tertindas di The Loud House
Shavira Melati Anandita;
Inditian Latifa, supervisor
(Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020)
|
Dalam beberapa tahun terakhir, media animasi anak-anak tidak hanya berfungsi sebagai hiburan. Mereka mengalami perubahan drastis selagi menjadi lebih kritis terhadap isu-isu yang terjadi di masyarakat. Misalnya, penggambaran karakter wanita di masa lalu tidak sama dengan penggambaran wanita di media animasi saat ini. Begitupun juga dengan penggambaran laki-laki. The Loud House, salah satu serial televisi animasi anak-anak yang juga mengikuti tradisi mengeksplorasi isu-isu saat ini, mencoba merekonstruksi hubungan laki-laki dengan alam dengan menunjukkan bahwa mereka memang bisa peduli terhadap alam. Dengan menggunakan analisis tekstual yang dikombinasikan dengan konsep gender, kekuasaan, dan ekomaskulinitas, penelitian ini bermaksud memeriksa hubungan antara relasi kuasa berbasis gender di antara tokoh-tokoh utama dan perilaku mereka terhadap alam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa The Loud House berhasil menghilangkan dualitas gender penindas-tertindas dan juga melengkapi kritik ekofeminisme dengan menunjukkan bahwa laki-laki juga dapat memiliki hubungan yang dekat dengan alam. In recent years, children`s animated media do not only serve as a form of entertainment. They have undergone drastic change as they become more critical towards issues occurring in society. For instance, the portrayal of female characters in the past is not the same as the portrayal of women in today`s animated media. The same applies to the representation of men. The Loud House, one of the children`s animated television series also following the tradition of exploring current issues, tries to reconstruct men`s relationship with nature by demonstrating that they can indeed care for it. Using textual analysis combined with the concept of gender, power and ecomasculinity, this research intends to examine the correlation between the gender-based power relations among major characters and their behaviour towards nature. The result of this research shows that The Loud House succeeds in eliminating gendered oppressor-victim dualities and also complementing ecofeminists` critique by demonstrating that men can have closer relationship with nature |
MK-Shavira Melati Anandita.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | MK-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020 |
Program Studi : |
Bahasa : | eng |
Sumber Pengatalogan : | LibUI eng rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | 21 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
MK-Pdf | 10-21-831067927 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20501793 |