Pendahuluan: Tyrosine Kinase Inhibitors (TKIs) sangat efektif terhadap KankerParu jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dengan mutasi EpidermalGrowth Factor Receptor (EGFR). Gefitinib dan Erlotinib adalah generasi pertamaEGFR-TKI untuk pengobatan KPKBSK dengan mutasi EGFR. Obat-obat ini telahtersedia melalui asuransi kesehatan di Indonesia untuk pasien Adenokarsinomaparu dengan mutasi EGFR. Data mengenai efikasi dan toksisitas EGFR-TKI saatini belum tersedia di Indonesia.Metode: Kami melakukan analisis observasional kohort retrospektif pada pasienAdenokarsinoma paru dengan mutasi EGFR di RSUP Persahabatan, JakartaIndonesia dari Januari 2015 sampai dengan Desember 2017. Kami meninjaurekam medis 331 pasien dengan diagnosis Adenokarsinoma paru dengan mutasiEGFR stage lanjut yang diobati dengan EGFR-TKI generasi pertama. Sebanyak192 subjek yang memenuhi kriteria inklusi.Hasil: Subjek yang mendapatkan Gefitinib (n=132) dan Erlotinib (n=60). Medianprogression free survival (PFS) sebanding antara Gefitinib dan Erlotinib (9,0 dan7,0 bulan, interval kepercayaan 95% [IK] 0,57-1,07, p=0,126). Median Overallsurvival (OS) dan angka tahan hidup 1 tahun masing-masing kelompok adalah44,5 vs 39,5 bulan (95% IK 0,35-1,29, p=0,670) dan 92% berbanding 92%(p=0,228). Terdapat toksisitas termasuk diare, paronikia, skin rash dan stomatitisyang diamati tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna pada toksisitas derajat 3atau 4 antara kedua kelompok (p=0,713).Kesimpulan: Kedua EGFR-TKIs generasi pertama sebanding dalam PFS dan OS,meskipun Gefitinib terlihat lebih tinggi, tetapi secara statistik tidak bermakna dankeduanya memiliki toksisitas yang sebanding dan dapat ditoleransi. Introductions: Tyrosine kinase inhibitors (TKIs) are effective against non-smallcell lung cancer (NSCLC) with epidermal growth factor receptor (EGFR)mutation. Gefitinib and erlotinib are the first-generation EGFR-TKIsrecommended as first-line treatments for NSCLC with EGFR mutations and areavailable through Universal Health Coverage in Indonesia for lungadenocarcinoma patients with EGFR mutations. However, the efficacy and safetydata of EGFR-TKIs are unavailable in Indonesia.Methods: We did a retrospective cohort analysis of the patients of lungadenocarcinoma with EGFR mutations treated in Persahabatan Hospital Jakarta,Indonesia, between January 2015 and December 2017. We reviewed the recordsof 331 patients with advanced stage lung adenocarcinoma with EGFR mutationtreated with the first-generation EGFR-TKIs. The subjects were 192 patients whomet the inclusion criteria.Results: Subjects were receiving gefitinib (n=132) and erlotinib (n=60). Medianprogression-free survival (PFS) was comparable between gefitinib and erlotinib(9.0 vs 7.0 months, 95% confidence interval [CI] 0.57-1.07, p=0.126). Themedian overall survival (OS) and 1-year survival were 44.5 vs 39.5 months(95%CI 0.35-1.29, p=0.228; and 92% vs 92%, p=0.228, respectively). Reportedtoxicities were diarrhea, paronychia, rash, and stomatitis but not of significantdifference between grade 3 or 4 toxicities (p=0.713).Conclusions: The PFS and OS of the first-generation EGFR-TKIs werecomparable, although gefitinib PFS and OS was shown to be better, but withoutsignificance. Both gefitinib and erlotinib had comparable and tolerable adverseeffects |