ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk memahami pembelahan etnik Karo di Sumatra Utara. Masalahdirumuskan pada pertanyaan: bagaimanakah pembelahan etnik Karo dilakukan selama periodekolonialisme? Paradigma yang digunakan pada kajian ini adalah sejarah etnik denganpendekatan mixed epistemologi, yakni menggabungkan pendekatan sejarah, antropologibudaya, dan arkeologi untuk menelaah proses sejarah dan budaya yang memunculkanpembelahan etnik. Penelitian dijalankan secara kualitatif. Dapat disimpulkan bahwapembelahan etnik Karo merupakan fenomena pengontruksian identitas selama periodekolonialisme, yang didasarkan pada perbedaan sosio-geografis dan sosiokultural denganpenekanan secara politis, ekonomi, dan sosial. Satuan sosial hasil pembelahan, yakni KaroGugung dan Karo Jehe, tidak menghasilkan deep-rooted ethnic boundary karena keduanyamasih mengakui atribut objektif yang sama. Kebaruan kajian ini bahwa etnisitas adalah alatpembentukan koloni baru yang tunduk pada Pemerintah Kolonial.ABSTRACT This study aimed to understand the cleavages of Karo ethnic in North Sumatra. It formu-lated the question: how was the cleavages of Karo ethnic carried out during colonialperiod? The paradigm of this study was ethnohistory with a mixed epistemologicalapproach that combines historical, cultural anthropological, and archeological approachesto examine historical and cultural processes that give rise to ethnic cleavages. The researchwas carried out qualitatively. It can be concluded that the cleavages of Karo ethnic was aphenomenon of identity construction during colonial period, which was based on socio-geographical and socio-cultural differences with political, economic and social emphasis.Two social units resulting from cleavage, Karo Gugung and Karo Jehe, do not producedeep-rooted ethnic boundary because both of them still recognise the same objectiveattributes. The novelty of this study shows that ethnicity is a tool for forming new colonieswhich are subject to the Colonial Government. |