:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Ketelisan dan referensi waktu pada penutur agrammatik sebagai pelengkap tes afasia, diagnosa, informasi, dan rehabilitas (TADIR) = Telicity and time reference in agrammatic aphasia as a complementary for aphasia, diagnosis, information, and rehabilitation (TADIR).

Siti Eka Soniawati; Harwintha Yuhria Anjarningsih, supervisor; Totok Suhardijanto, examiner; Felicia Nuradi, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019)

 Abstrak

style="text-align: justify;">Ketelisan dan referensi waktu yang ditandai dengan konstelasi afiks dan verba dilaporkan sulit bagi penutur agrammatik dalam lintas bahasa fleksi (Platonov & Bastiaanse, 2015). Dengan demikian, PAst DIscourse Linking Hyphothesis (PADILIH; Bastiaanse et al, 2011) mengklaim bahwa referensi waktu mengacu pada bentuk lampau menjadi kendala dan Aspect Assingment Model (AAM; Bastiaanse & Platonov, 2015) mengklaim bahwa kombinasi struktur argumen (transitivitas & ketelisan) dan referensi waktu sulit bagi penutur agrammatik. Diperkirakan bahwa fenomena serupa diamati dalam bahasa Indonesia aglutinatif (Larasati et al., 2011; Bahasa Indonesia / BI). Selanjutnya, mengisi celah pada metode rehabilitasi di TADIR (Tes Afasia untuk Diagnosis, Informasi, dan Rehabilitasi; Dharmaperwira-Prins, 1996), yang saat ini belum memiliki pedoman standar, menarik untuk memeriksa ketelisan dan referensi waktu pada penutur agrammatik. Ketelisan dalam BI mengacu pada dua parameter meliputi kedinamisan dan keduratifan (Nurhayati, 2011), sementara referensi waktu ditandai oleh adverbia aspektual dan leksikal temporal (Sneddon, 1996). 14 partisipan terbagi menjadi tujuh penutur agrammatik sebagaimana ditentukan berdasarkan TADIR dan tujuh penutur normal diuji dengan Sentence Production Priming Verbal (SPP-verbal; Bastiaanse & Platonov, 2015) dan Test for Assessing Reference of Time (TART; Bastiaanse et al., 2008). Kalimat penyusun instrumen yang divalidasi berpola subjek + verba (transitif & taktransitif) dalam bentuk turunan (Alwi et al., 2010). Hasil analisis kuantitatif dalam tugas produksi dan pemahaman ketelisan menunjukkan bahwa verba telis adalah sulit bagi penutur agrammatik dibandingkan verba atelis. Verba transitif meN--kan lebih terkendala dibandingkan verba transitif meN- dan verba taktransitif meN-. Sementara performa terhadap verba atelis menunjukkan bahwa verba transitif meN--i lebih sulit daripada verba transitif meN- dan verba taktransitif ber-. Secara kualitatif, umumnya kendala didominasi oleh omisi afiks. Kemudian, berdasarkan analisis kuantitatif dalam tugas produksi dan pemahaman referensi waktu, kinerja penutur agrammatik terutama mengacu pada bentuk lampau dan perfektif terhitung lebih rendah dibandingkan future dan imperfektif. Kendala tersebut secara kualitatif didominasi oleh subtitusi referensi waktu dan kesalahan verba. Hasil penelitian, sejalan dengan hipotesis PADILIH baik dalam tugas produksi dan pemahaman, menunjukkan bahwa referensi waktu terutama merujuk ke masa lalu yang membutuhkan penghubungan wacana cenderung sulit. Kinerja penutur agrammatik lebih rendah daripada kelompok kontrol dalam tugas adverbia aspektual dan leksikal temporal. Namun, hipotesis AAM tidak dapat sepenuhnya digeneralisasi, sebab ketelisan dan referensi waktu dalam BI tidak saling melengkapi (Montolalu, 2003). Kontribusi klinis untuk TADIR, adalah evaluasi terhadap kesulitan verba turunan dan referensi waktu, dan metode adaptif dengan memanipulasi serangkaian tes yang melibatkan tiga kerangka kewaktuan dan penekanan verba turunan sebagai upaya membangun keutuhan kalimat (lihat Webster & Whitwort, 2012).

style="text-align: justify;">Telicity and time reference marked by the constellation of affixes and verbs are reported to be difficult for agrammatic speakers in cross-inflectional-language (Platonov & Bastiaanse, 2015). Thus, the PAst DIscourse Linking Hyphothesis (PADILIH; Bastiaanse et al, 2011) claims that time reference referring to past is difficult and the Aspect Assingment Model (AAM; Bastiaanse & Platonov, 2015) claims that the combination of argument structure (transitivity & telicity) and time reference is relatively difficult for agrammatic speakers. It is predicted that a similar phenomenon is observed in the agglutinative Indonesian (Nurhayati, 2011; Bahasa Indonesia/BI). Furthermore, filling in the gap on rehabilitation method in TADIR (Aphasia Test for Diagnosis, Information and Rehabilitation; Dharmaperwira-Prins, 1996), which currently has no standard guidelines, it is interesting to examine telicity and time reference in agrammatic speakers. BI verbs have the potential to indicate telicity through inherent meaning by referring to the two semantic parameters including dynamism and durativity (Nurhayati, 2011), while time reference is simultaneously marked by adverbial and temporal adverbs (Sneddon, 1996). Fourteen participants divided into seven agrammatic speakers as determined based on the TADIR, and seven speakers without language impairment were tested with Test for Assessing Reference of Time (TART; Bastiaanse et al., 2008) and Verbal Sentence Production (SPP-verbal; Bastiaanse & Platonov, 2015). The validated sentences have the patterns of subject + verb (transitive & intransitive) in basic and derived verb forms (Alwi et al., 2010). The results of quantitative analysis in the task of production and comprehension of telicity show that telic verbs are more difficult for agrammatic speakers than atelic verbs. The most difficult are transitive verbs with meN--kan. Futhermore, examination on atelic verbs show that transitive verbs with meN-i are more difficult than transitive verbs with meN- and intransitive verbs with ber-. Qualitatively, difficulties are generally demonstrated by affix omissions. Then, based on quantitative analysis in production and comprehension of time reference, the performance of agrammatic speakers referrings to past and perfective forms are lower than imperfects and futures. These difficulties are qualitatively dominated by time reference substitutions and verb errors. The results of the study, in line with the PADILIH hypothesis both in production and comprehension tasks, show that referring to the past that requires discourse linking tends to be difficult. The performance of agrammatic speakers is lower than that of the control group in both temporal and lexical adverb tasks. However, the AAM hypothesis cannot be fully generalized, because telicity and time reference in BI are not complementary (Montolalu, 2003). As regards the clinical contribution for TADIR, an evaluation of the difficulty of derived verbs and time reference, and an adaptive method by manipulating a series of tests that involves three time frames and stresses on especially the forms of derived verbs as an effort to build sentence integrity are proposed (see Webster & Whitwort, 2012).

 File Digital: 1

Shelf
 T54731-Siti Eka Soniawati.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T54731
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiii, 90 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T54731 15-20-035282395 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20503073