Manifestasi Kekerasan Simbolik dalam Depresi Pasca Melahirkan = Symbolic Violence Manifestation in Postpartum Depression.
Andi Nirmala Sari;
Billy Sarwono, supervisor; Fitria Angeliqa, examiner
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020)
|
Penelitian ini menyoroti fenomena Depresi Pasca Melahirkan (DPM) yang lebih dikenal sebagai kelainan kejiwaan yang terjadi pada perempuan di masa nifas. Akan tetapi dibalik anggapan tersebut, justru tersimpan realitas bahwa reaksi depresi ini dapat muncul karena terjadi ketimpangan antara ekspektasi sosial atas peran simbolis perempuan sebagai ibu dengan realitas yang harus perempuan hadapi dalam kesehariannya. Berangkat dari perspektif inilah penelitian ini mengangkat bagaimana ketimpangan tersebut begitu halus ditanamkan dalam kesadaran dan memproduksi praktik kekerasan simbolik yang memanifestasi kasus DPM. Manifestasi ini hampir tidak pernah tertangkap dalam kesadaran karena masyarakat pada umumnya lebih melihat gejala DPM sebagai ketidaksiapan seorang perempuan menyandang peran ibu. Penelitian ini kemudian dilakukan dengan menggunakan paradigma critical constructionism, pendekatan kualitatif dan strategi fenomenologi deskriptif. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling pada penyintas DPM yang tergabung dalam komunitas Mother Hope Indonesia. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa praktik kekerasan simbolik telah terjadi sejak kecil, jauh sebelum perempuan memasuki fase melahirkan. Pengalaman perempuan di masa lalu menyiratkan persetujuan menjadi korban kekerasan simbolik di arena berikutnya. Perempuan menjadi lebih rentan mengalami kekerasan simbolik pada pengalaman pertamanya menjadi seorang Ibu karena pembentukan kapitalnya sebagai Ibu masih minim. Kapital simbolik perempuan sebagai Ibu direbut oleh para aktor sosial lainnya yang lebih dulu memiliki pengalaman menjadi ibu dan membuat perempuan kesulitan memenuhi standar ekspektasi sosial. Hal ini kemudian semakin melanggengkan kesadaran palsu bahwa ketika perempuan tidak mampu memenuhi ekspektasi sosial terkait peran istri dan peran ibu maka perempuan menjadi biang atas kegagalan yang terjadi. Rasa frustasi karena kekerasan simbolik yang diberlakukan tersebut kemudian menormalisasi bentuk kekerasan lainnya. This research highlights the Postpartum Depression (PPD) phenomenon, better known as psychiatric disorders that occur in women in the postpartum period. Depression reaction can arise because there is an inequality between social expectations of the womens symbolic role as mothers and the reality that women must face in their daily lives. This study then focused on how those inequalities were rooted subtly in consciousness and produced symbolic violence practices that manifested the PPD case. The manifestation is rarely caught in consciousness because the community, in general, sees the PPD symptoms as the lack of a woman to have their mothers role. This research then carried out by using the critical constructionism paradigm, qualitative approach and descriptive phenomenology strategy. The research data collection method was carried out by in-depth interviews and observations. The informants were determined using snowball sampling techniques on PPD survivors, the members of the Mother Hope Indonesia community. This research produces findings that the practice of symbolic violence has occurred since childhood, long before women enter the postpartum period. Womens experiences in the past imply agreement to be a victim of symbolic violence in the next arena. Women become more vulnerable to experience symbolic violence during their first motherhood experience because their lack of capital to become a mother. The womens symbolic capital as mothers has also been taken away by other social actors who already have the experience of being mothers. It was hard for women to gain the same capital. When women are unable to meet social expectations related to the mother's role, it perpetuates misrecognition that the woman becomes the source of failure. Those false awareness triggers frustration because the symbolic violence practices normalize the other forms of violence. |
T-Andi Nirmala Sari.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | T-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xv, 119 pages : illustration ; 28 cm. + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T-Pdf | 15-22-73649929 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20503907 |