Relasi Antara Tiga Tembang Karya Ki Nartosabdho dan Keadaan Masyarakat Jawa 1960-an = Relationship Between The Three Tembang Created by Ki Nartosabdho and The Javanese Society Situation in1960s
Aisya Zainurahmalia;
Darmoko, supervisor; Turita Indah Setyani, examiner; Nanny Sri Lestari, examiner
(Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020)
|
Permasalahan land reform (reformasi agraria) yang terjadi pada tahun 1960-an membuat petani Jawa harus kehilangan lahan untuk bekerja. Akibat permasalahan tersebut, Presiden Ir. Soekarno menerbitkan Undang- Undang Pokok Agraria dan membagikan lahan secara terbatas. Menteri Pertanian, Azis Saleh, pun meminta Ki Nartosabdho untuk dibuatkan tembang bertema pertanian sebagai sindiran kepada para tuan tanah. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana relasi timbal balik antara ketiga tembang karya Ki Nartosabdho dengan kondisi sosial masyarakat ketika tembang tersebut diciptakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta teori Sosiologi Sastra yang diungkapkan oleh Sapardi Djoko Damono. Adapun, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif. Kerangka konsep Etika Keselarasan dari Franz Magnis Suseno digunakan untuk menerangkan relasi timbal balik manusia dengan alam dan Tuhan. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa tembang Caping, Lumbung Desa, dan Lesung Jumengglung menggambarkan situasi sosial masyarakat Jawa tahun 1960-an dengan menanamkan nilai budaya Jawa kepada masyarakat desa. Budaya pertanian mempersatukan masyarakat Jawa dengan mewujudkan nilai kerja keras, kebersamaan, dan kerukunan untuk memperoleh keselarasan hidup. Keselarasan hidup menjadi sistem nilai yang berorientasi pada wujud kemanunggalan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Hidup dalam kemanunggalan dibangun untuk mencapai kesempurnaan. Land reform problems that occurred in the 1960s made Javanese farmers involuntarily lose their land to work on. In the existence of this problem, President Ir. Soekarno issued Basic Agrarian Law and distributed the limited amount of land. Because of that, the Minister of Agriculture, Azis Saleh, asked for Ki Nartosabdho's help to compose agricultural-themed songs as a way to condemn the landlords. This study will examine how the reciprocal relationship between the three songs composed by Ki Nartosabdho and the social conditions of the community when the song was created. The research method used is the descriptive qualitative method and the theory of Sociological Literature proposed by Sapardi Djoko Damono. The approach used is objective. Ethical harmony concept by Franz Magnis Suseno is used to explain the relationship between humans with nature and God. The conclusion of this study that the song of Caping, Lumbung Desa, and Lesung Jumengglung illustrate the social situation of the Javanese people in the 1960s who instilled Javanese cultural values to the villagers. Agriculture unites the Javanese society by establishing several values, such as hard work, collectiveness, and concord to obtain harmony. Harmony becomes a value system that emphasize on the unity of humans to humans, humans to nature, and humans to God. Living in unity is a way to reach perfection. |
![]()
|
No. Panggil : | TA-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | 27 pages : illustration ; appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
TA-Pdf | 16-22-78727864 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20508874 |