Tulisan ini adalah satu hasil kajian naskah Nusantara yang menggunakan sumber teks sejarah Madura. Objek penelitian yang digunakan yaitu manuskrip koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia berjudul Sajarah Proza Begin Brawijaya (SPBB) kode SJ.230. Dalam mengkaji naskah tersebut digunakan metode filologi dan kerangka teori sastra. Metode filologi yang digunakan untuk menyusun suntingan teks adalah metode landasan. Untuk mengkaji isi teksnya, digunakan digunakan teori struktural Jan van Luxemburg dan konsep representasi sastra. Dari kajian struktural diperoleh gambaran bahwa bangunan teks SPBB tersusun atas struktur sastra dan struktur isi (sejarah) yang secara keseluruhan berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan raja Madura abad 17-18. Sementara itu, hasil telaah struktur isi teks menunjukkan representasi Cakraningrat sebagai tokoh utama dalam sejarah Jawa, Madura, dan VOC yang didasari oleh pandangan hidup pengarang untuk mengangkat salah satu nilai dari falsafah hidup Jawa dalam teks ini. Falsafah yang tampak dari persamaan maupun perbedaan citra tokoh Cakraningrat bersifat representatif terhadap budaya penciptanya, yaitu budaya mikul dhuwur mendhem jero dalam pandangan hidup orang Jawa. This thesis is one of Nusantara manuscript studies that used a source of historical text from Madura. Object of the research used is manuscript collected at Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia titld Sejarah Proza Begin Brawijaya (SPBB) code SJ.230. In studying the manuscript, the researcher used method of philology and literary theoritical framework. Method of philology used in reviewing the text is foundational method. To study the content of the text, the research used structural theory by Jan van Luxemburg and literary representation by Teeuw. From structural theory, the researcher found that the construction of text SPBB consists of literary structure and historical content structure that functions as legitimacy of King Madura in the 17th18th century. Other than that the historical content of SPBB text show the representing Cakraningrat as the main character in the history of Java, Madura, and VOC based on the authors way of life, which is by valuing a lesson from Javanese philosophy written in the text. From the connection between elements, it is concluded that text of SPBB, as a work of Javanese traditional historiography in the 20th century, is considered innovative towards earlier hipogram text which was presented in the critical history book mentioned. The philosophy is seen from the similarities and differences of the image of Cakraningrat that represented the authors culture and way of life, which is called mikul dhuwur mendhem jero in Javanese philosophy. |