Suara perempuan dan dominasi patriarki dalam novel Une si longue lettre karya Mariama Bâ = Women’s voice and patriarchal dominance in the novel Une si longue lettre by Mariama Bâ
Ahya Lycra Renada;
Suma Riella Rusdiarti, supervisor; Danny Susanto, examiner; Damar Jinanto Danusastro, examiner
(Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020)
|
Dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki, suara perempuan seringkali dengan mudah dibungkam atau diabaikan. Artikel ini membahas suara perempuan dalam konteks hubungan pernikahan dan masyarakat patriarki dalam novel epistolaire berjudul Une si longue lettre karya Mariama Bâ. Novel ini menceritakan tokoh Ramatoulaye, seorang guru asal Senegal yang menjadi janda ketika ditinggal mati suaminya. Ramatoulaye mengirimkan surat kepada sahabatnya, Aissatou untuk menyuarakan represi yang dialaminya, penderitaan dan hubungan pernikahannya. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian naratologi Gérard Genette dan analisis teks naratif Roland Barthes. Melalui fokalisasi Ramatoulaye, narator menceritakan perasaan, penderitaan dan keinginan Ramatoulaye. Struktur naratif teks memperlihatkan alur cerita yang digerakkan oleh penderitaan Ramatoulaye melalui surat yang ia kirim untuk sahabatnya, Aissatou. Temuan menunjukkan faktor-faktor pendukung praktik dominasi patriarki yang mengekang kaum perempuan kemudian dikaitkan dengan tradisi, agama dan praktik sosial. Ramatoulaye secara sadar berusaha keluar dari kekangan wacana patriarki tersebut dengan menulis. Tulisan-tulisan Ramatoulaye memperlihatkan bagaimana upaya resistensi perempuan terbentuk dan terekspresi dalam praktik sosial yang didominasi wacana patriarki. In a society that still upholds a patriarchal culture, women's voices are often easily silenced or ignored. This article conducts women’s voice in the context of marital relationship and patriarchal society in the epistolary novel Une si longue lettre by Mariama Bâ. This novel tells the story of the character Ramatoulaye, a teacher from Senegal who became a widow when her husband died. Ramatoulaye sent a letter to her best friend, Aissatou, unfolding her repression, suffering and marital relationship. The methods used are the study of the narration of Gérard Genette and the analysis of the narrative text of Roland Barthes. Through Ramatoulaye’s focalization, the narrator recounts Ramatoulaye;s feelings, suffering and desires. The narrative structure of the storyline is driven by Ramatoulaye’s suffering through the letter she sent to her best friend, Aissatou. The findings show that the factors supporting the practice of patriarchal domination that restrain women are then linked to traditions, religion and social practices. Ramatoulaye consciously tried to get out of the restraint of patriarchal discourse by writing. Ramatoulaye's writings show how women's resistance efforts are formed and expressed in social practices dominated by patriarchal discourse. |
MK-Ahya Lycra Renada.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | MK-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | x, 21 pages : illustration ; appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia. |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
MK-pdf | 11-21-551659442 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20513316 |