Vincent van Gogh merupakan salah satu pelukis besar yang karyanya sudah meninggalkan jejak yang signifikan dalam dunia seni. Hubungannya dengan Paul Gauguin didokumentasikan dalam surat-surat yang ditulis oleh Van Gogh dan berhasil diabadikan oleh Van Gogh Museum dan Huygens ING. Pilihan kata, gaya bahasa, struktur surat, dan fungsi sintaksis dalam kalimat di dalam surat diambil untuk dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis (Reisigl dan Wodak, 2016) dan teori fungsi sintaksis Le Querler (1994). Hierarki dalam pertemanan yang berjarak di antara Van Gogh dan Gauguin ditunjukkan antara lain melalui pilihan kata yang kontras untuk mendeskripsikan Van Gogh dan Gauguin, pilihan kata ganti dan salam pembuka, gaya bahasa tersirat untuk menyampaikan sesuatu, dan penggunaan kalimat majemuk serta expansion untuk memperhalus permintaan. Perkembangan hubungan keduanya dari masa ke masa juga terlihat dalam gaya penulisan dari hubungan yang transaksional menjadi lebih personal dengan usaha penyetaraan diri Van Gogh melalui perubahan pilihan kata ganti dan panggilan untuk Gauguin, serta penggambaran diri yang lebih positif. Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam relasi dan kerja sama antarseniman di Prancis pada akhir abad ke-19, senioritas dan perbedaan reputasi merupakan sebuah faktor yang dapat memengaruhi hubungan dan cara komunikasi Vincent van Gogh is one of the most well-known painters, whose works have left a significant mark in the art world. His relationship with a fellow painter, Paul Gauguin, has been documented in letters written by Van Gogh during their correspondence that managed to be retrieved and conserved in a project conducted by the Van Gogh Museum and Huygens ING. The choice of words, language style, letter structure, and syntactic functions used by Van Gogh in the sentences in his letters were extracted to be analyzed using a qualitative method, employing the approach of critical discourse analysis (Reisigl and Wodak, 2016) and Le Querler’s theory of syntactic functions in French (1994). We discover the friendship distanced by hierarchy between Van Gogh and Gauguin, shown through the contrasting diction used by Van Gogh to describe both painters, his choice of pronouns and greetings, his use of implicit language to deliver meaning, and the use of complex sentences and expansion to render requests more polite. The development of their relationship over time can also be seen in Van Gogh’s letter-writing style, where their relationship evolves from being transactional in nature into something more personal, as Van Gogh attempts to position himself as Gauguin’s equal through the change of pronouns and appellations for Gauguin and a more positive description of self. This research also found that in the relations and collaborations between painters in 19th century France, seniority and difference in reputation became a factor that could influence relationships and ways of communicating |