Perbatasan negara juga merupakan boundary dan frontier, yang memiliki nilaistrategis bagi kedaulatan negara. Pengelolaan perbatasan negara harus didukungoleh ketahanan nasional yang tangguh untuk menghadapi ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Salah satu bentukdukungan nyata berupa patroli pengamanan perbatasan negara secara intensif. Olehkarena itu, dibutuhkan perencanaan yang efektif dalam meminimalisir hambatandan gangguan di lapangan. Sistem Informasi Geografis memberikan solusi fungsianalisis medan secara otomatis. Analisis medan mampu menilai tingkat risikopatroli pengamanan berdasarkan kriteria geografi militer (ancaman musuh, cuacaekstrem, medan terjal, lost sinyal komunikasi, akses jalan yang sulit, vegetasi yangrapat, sungai yang dalam) Penelitian ini menggunakan model Applied Researchyang bersifat kualitatif dan kuantitatif (mixed method). Penilaian awal terhadapperbandingan 3 pendekatan intelijen (GeoInt, Humint, dan Osint) bersifat kualitatifdengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data melaluikuesioner terhadap 33 prajurit TNI AD dengan kriteria tertentu. Adapun,implementasi Geospatial Intelligence untuk memperkirakan rute patroli bersifatkualitatif dengan metode Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE). Sumber databerasal dari geodatabase milik BIG (Demnas, Data vektor sungai), DITTOPAD(Peta Topografi 1:50.000), Kementan (Data vektor jenis tanah) dan ESA (CitraSatelit Sentinel-2A). Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko tertinggimerupakan ancaman musuh dengan persentase 44,1 % dan terendah karena adanyahambatan vegetasi yang rapat dengan persentase 7,2 %. Penelitian ini jugamenghasilkan Peta Rekomendasi Rute Patroli yang memiliki tingkat risiko yangrendah berdasarkan klasifikasi standar NATO (Go, Slow Go, dan No Go).Penelitian ini memberikan kontribusi nyata untuk mendukung Ketahanan Nasionalyang tangguh, terutama dalam hal perencanaan patroli pengamanan perbatasannegara Republik Indonesia-Malaysia. National borders are also boundaries and frontiers, which have strategic value forthe country's sovereignty. A robust national resilience must support nationalborders' management to face threats, challenges, obstacles, and disturbances toachieve national goals. One form of tangible support is in the form of intensivepatrols to secure state borders. Therefore, effective planning is needed to minimizeobstacles and disturbances in the field. Geographical Information System providessolutions for automatic terrain analysis functions. Field analysis can assess thelevel of risk of security patrols based on military geographic criteria (enemythreats, extreme weather, steep terrain, lost communication signals, difficult roadaccess, dense vegetation, deep rivers). This study uses an Applied Research modelthat is qualitative and quantitative (mixed method). The initial assessment of thecomparison of 3 intelligence approaches (GeoInt, Humint, and Osint) is qualitativewith the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Data collection throughquestionnaires to 33 TNI AD soldiers with specific criteria. Meanwhile, GeospatialIntelligence's implementation to estimate patrol routes is qualitative using theSpatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) method. Sources of data come from thegeodatabase belonging to BIG (Demnas, River vector data), DITTOPAD(Topographic Map 1: 50,000), Ministry of Agriculture (Land type vector data), andESA (Sentinel-2A Satellite Imagery). The results showed that the highest level ofrisk was an enemy threat with a percentage of 44.1%, and the lowest was due todense vegetation barriers with a percentage of 7.2%. This research also produceda Patrol Route Recommendation Map, which has a low-risk level based on thestandard NATO classification (Go, Slow Go, and No Go). This research makes areal contribution to support a formidable National Resilience, especially inplanning the Republic of Indonesia-Malaysia's border patrols |