Kajian ini menganilisis isu pembajakan maritim pasca-terbentuknya ASEAN MaritimeForum pada tahun 2010. Sejak akhir tahun 1980-an, Asia Tenggara telah menjadi salahsatu lokasi incaran global dalam serangan pembajakan maritim. Untuk menjawabpermasalahan tersebut, AMF dihadirkan sebagai jembatan terbentuknya kerja samamaritim di antara negara-negara ASEAN. Namun demikian permasalahan pembajakanmaritim nyatanya masih bertahan hingga saat ini, terlebih di sekitar perairan Indonesia.Kajian terdahulu perihal penanganan pembajakan maritim secara garis besar terbagimenjadi tiga sudut pandang yaitu, pembajakan maritim, politik luar negeri, dan kerjasama maritim. Kajian-kajian tersebut sudah menunjukkan adanya upaya dalampenanggulangan masalah, namun belum mampu menjelaskan kejadian actual di lapanganyang malah menunjukkan bahwa tingkat pembajakan maritim masih berlangsunglanggeng hingga saat ini. Studi ini menggunakan perspektif liberalisme institusionalsebagai kerangka analisis dan metode penelitian causal-process tracing. Studi inikemudian menunjukkan bahwa faktor-faktor dalam mencapai keberhasilan kerja sama dikawasan seperti mutualitas, bayangan masa depan, jumlah aktor, jangka waktu yanglama, keteraturan situasi, pertukaran informasi, dan umpan balik yang cepat, belummampu menekan peningkatan pembajakan di kawasan Asia Tenggara This study analyzes the issue of sea piracy after the formation of ASEAN Maritime Forumin 2010. Since the late 1980s, Southeast Asia has been a global target for sea piracyattacks. To answer these problems, AMF is presented as a bridge to establish maritimecooperation between ASEAN countries. However, the problem of sea piracy still persiststoday, especially around Indonesian waters. Previous studies regarding the handling ofsea piracy are broadly divided into three perspectives, sea piracy, foreign policy, andmaritime cooperation. These studies have shown that there are efforts in overcoming theproblem, but have not been able to explain the actual events on the ground whichactually show that the level of sea piracy is still ongoing to this day. This study uses theperspective of institutional liberalism as an analytical framework and causal-processtracing on research method. Furthermore, this study shows that factors in achievingsuccessful cooperation in the region such as mutuality, future images, number of actors,length of time, regularity of situation, exchange of information, and fast feedback, havenot been able to suppress the increase of piracy in the Southeast Asia region |