Salah satu implikasi perkembangan ilmu saraf adalah neuroteknologi. Awalnya, neuroteknologi bertujuan untuk mengatasi disfungsi otak, seperti mengatasi gangguan Alzheimer yang menyebabkan hilang ingatan. Namun, neuroteknologi tampaknya melangkah lebih jauh, yaitu tidak hanya berfungsi untuk memperbaiki kerusakan otak, tetapi juga untuk memperbaiki fenomena mental yang terhubung ke otak atau yang ―diproduksi‖ oleh otak, yang terkait dengan memori. Berdasarkan hal ini, timbul pertanyaan, apakah mungkin teknologi saraf meningkatkan dan menggantikan memori manusia. Kendati demikian, upaya neuroteknologi tersebut tampaknya mengabaikan arti dari ingatan itu sendiri, termasuk apa yang sebenarnya ―membangun‖ ingatan, sehingga manusia dapat memiliki perasaan ingatan yang berbeda. Dengan demikian, untuk menjawab masalah ini, penulis pertama-tama menafsirkan memori secara eksplisit melalui perbedaan yang tegas antara memori semantik dan memori episodik, untuk menunjukkan bahwa memori manusia, yang merupakan memori episodik, terkait dengan qualitative states. Kedua, dengan mendeskripsikan peluang yang dihadirkan oleh neuroteknologi melalui eksperimentasi pikiran mengenai penggantian neuron oleh chip elektronik, untuk menunjukkan ketidakmungkinan neuroteknologi berfungsi dengan cara yang sama seperti neuron di otak yang menghasilkan memori episodik dengan qualitative states ini. Oleh karena itu, berdasarkan argumentasi tersebut, akandiketahui One of the implications of neuroscience development is neurotechnology. Initially, neurotechnology aims totreat brain dysfunction, such as overcoming Alzheimer's disorder, which causes memory loss. However,neurotechnology seems to go even further, that it is not only be functioned to repair brain damage, but also torepair mental phenomena that are connected to the brain or those ―produced by‖ the brain, which are related tomemory. Based on this, the question arises, whether it is possible for neurotechnology to improve and replacehuman memory. Nevertheless, these neurotechnology efforts seem to ignore the meaning of memory itself,including what actually "builds" memory, so that people can have different feelings of memory. Thus, to answer2this problem, the authors first interpreted memory explicitly through the strict distinction between semanticmemory and episodic memory, to show that human memory, which is episodic memory, is related to qualitative states. Second, by describing the opportunities presented by neurotechnology through thought experimentation regarding the replacement of neurons by electronic chips, in order to demonstrate the impossibility ofneurotechnology functioning in the same way as neurons in the brain that produce episodic memory with these qualitative states. Therefore, based on these arguments, it will be known that neurotechnology cannot actuallybe possible to improve, especially replace human memory. |