Peristiwa serangan teroris pada 9 September 2001 menjadi sebuah momentum yang mengubah arah kebijakan keamanan global hingga hari ini. Selama 20 tahun terakhir, kebijakan anti terorisme dan anti kekerasan ektrimisme menjadi fokus dalam kebijakankeamanan global. Pergeseran kebijakan ini nyatanya menyebabkan berkembangnya norma negatif tentang pemuda, pemuda dianggap sebagai kelompok yang menjadi ancaman baginegara karena dianggap aktif dalam konflik dan kekerasan ektrimisme. Hal ini menyebabkanpemuda diasingkan dalam proses pengambilan keputusan, mendapatkan perilaku kekerasan,dan kontribusinya tidak diperhitungkan dalam isu perdamaian. Pada tahun 2012, UNOYsebagai jejaring pemuda bina-damai dari seluruh dunia mendorong advokasi norma tentang‘partisipasi pemuda yang bermakna’ dalam isu perdamaian dan keamanan. Merekamenginginkan adanya perubahan atas norma negatif yang ada karena pada kenyataanyapopulasi pemuda yang terlibat dalam konflik jauh lebih jauh dibandingkan populasi pemudayang berkontribusi secara positif dalam isu perdamaian. Upaya-upaya UNOY sebagai normentrepreneur didukung oleh PBB dan organisasi internasional lainnya juga Yordaniamenyebabkan diadopsinya Resolusi DKPBB no.2250 tahun 2015 tentang Pemuda,Perdamaian, dan Keamanan. Menggunakan teori Siklus Hidup Norma milik Finnemore danSikkink, perkembangan tentang norma ‘partisipasi pemuda yang berarti’ dalam isuperdamaian dan keamanan dianalisa dan disimpulkan bahwa norma tersebut saat ini berada di tahap norm cascade. Butuh waktu lebih untuk norma ini untuk akhirnya masuk ke tahap internalisasi karena negara belum menganggap norma ini sebagai prioritas dan pembentukan sistem implementasi yang belum terintegrasi dengan baik. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif eksploratif, dimana sumber data utama berasal dari dokumen PBB, jurnal, buku, dan wawancara yang dilakukan. The terrorist attack on the 9th September 2001 or called the 9/11 have become a momentumthat changed the whole global security agenda. For the past 20 years, policies on counteringterrorism and violent extremism had been the focus of global security. This shift of policy infact have created the development of negative norms about youth, they are perceived as athreat to the state as some of them is playing an active role in conflict and violent extremism.Youth is excluded in decision making process, received act of violence, and their contributionin peace seen as none. In 2012, UNOY as global youth network of young peacebuildersadvocate for ‘youth meaningful participation’ norm within peace and security issue. Theywanted a change on the existing negative norm based on fact that less youth is being engagedin conflict, most of them is actively participating in peace efforts. UNOY as normentrepreneur, along with other UN bodies and NGOs as well as Jordan’s endorsesuccessfully lead this advocacy to the adoption of UNSCR 2250 in 2015 on Youth, Peace,and Security. Using Norm Life Cycle theory of Finnemore and Sikkink, these processes arebeing analyzed and it is concluded that the norm has come to the norm cascade phase. Therestill time needed in order for this norm to achieve the internalization phase because state still seeing this not as their priority and that the implementing system have not yet been integrated well. This research is done by using qualitative-explorative method where the main data were collected through UN documents, journals, books, and interviews. |