Reimajinasi latar arsitektur: Nelayan andon dalam merespon oceanic noise pollution = Reimagining architectural settings: Andon fishermen’s redemption towards the oceanic noise pollution.
Andianto Mahdi Prasasya;
Hendrajaya Isnaeni, supervisor; Ujung, Verarisa Anastasia, examiner; Farid Aditama Rakun, examiner; David Hutama, examiner; Trianzani Sulshi, examiner
(Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021)
|
Laut telah menjadi bioma yang belakangan ini dikaitkan dengan kunci keberlanjutan masa depan – melihat dari bagaimana laut menyediakan sumber daya maupun keterjangkauan yang laut tawarkan terhadap perkembangan industri maupun ekonomi antropogenik manusia. Eksploitasi, reklamasi, dan intervensi manusia terus dilakukan atas nama keberlanjutan dalam istilah – istilah seperti “blue economy”. Padahal, pada kenyataannya manusia justru meninggalkan lebih banyak emisi daripada apa yang selama ini disadari, ataupun justru menimbulkan dampak yang menghilangkan keberlanjutan golongan yang tidak beruntung (seperti nelayan tradisional). Riset ini akan mengeksplorasi dan mereimajinasi potensi spasial oceanic noise pollution sebagai salah satu substansi emisi tak kasat mata dan tak terdengar dari pencarian keberlanjutan antropogenik terhadap laut. Memberikan konteks pengguna nelayan tradisional Cilincing sebagai protagonis bagi bioma laut, nantinya penelitiannya ini akan menginterpolasikan pendefinisian ruang eksisting nelayan Cilincing terhadap laut atas adanya bentuk respon redemptive dari kondisi ekstrem dan semi-distopik oceanic noise pollution. The sea becomes a biome that is associated with being a key to sustainability in the future life of humans – considering how the sea provides abundant resources and/or affordance towards the anthropogenic industrial and economic development. For the sake of ‘sustainability’, human exploit, force reclamation, and/or interfere the nature under the umbrella terms such as ‘blue economy’ and such. However in reality, humans have left much more anthropogenic footprints than what is visible to the eye, nor ironically demolishing the extant sustainability of the unfortunate community (e.g. traditional fishermen). This research will explore and reimagine the spatial potential of the oceanic noise pollution as the unheard and unseen substantive emission of the anthropogenic quest of sustainability. With the given context of the Cilincing’s traditional fishermen as the protagonist of the sea biome, this research will further interpolate the existing architectural – spatial definition of Cilincing’s traditional fishermen towards the sea biome as a redemptive response towards the extreme and quasi-dystopic case of the oceanic noise pollution. |
TA-Andianto Mahdi Prasasya.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | TA-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xv, 95 pages : illustration ; appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia. |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
TA-pdf | 16-22-95269811 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20516532 |