Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) selama pandemi COVID-19 meningkat, khususnya untuk membantu karyawan mengerjakan pekerjaannya. Berdasarkan literatur sebelumnya, penggunaan TIK dalam dunia kerja berpengaruh negatif pada karyawan, antara lain dapat menimbulkan stres (technostress) dan memengaruhi keterikatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan kedua konstruk dari technostress, yaitu technostress creators dan technostress inhibitors, dengan keterikatan kerja. Penelitian menggunakan teori Job Demands – Resources untuk menguji technostress creators dalam memprediksi keterikatan kerja dengan hubungan yang negatif dan technostress inhibitors dalam memprediksi keterikatan kerja dengan hubungan yang positif. Penelitian merupakan penelitian korelasional dengan sampel karyawan di Indonesia (N=256) yang menggunakan TIK ketika bekerja sehari-hari. Data diambil melalui penyebaran kuesioner daring yang berisikan alat ukur UWES-9 (Schaufeli et al., 2006) untuk mengukur keterikatan kerja dan technostress scale (Ragu-Nathan et al., 2008). Hasil analisis menunjukkan bahwa technostress creators tidak mampu memprediksi keterikatan kerja, sedangkan technostress inhibitors mampu memprediksi keterikatan kerja secara positif. Keduanya secara bersama mampu memprediksi 11% variansi dari keterikatan kerja (F (2,253) = 16,19, p < 0,01, R2 = 0,11). Implikasi dari hasil penelitian adalah organisasi dapat menyediakan layanan bantuan teknis dan pelatihan pengadopsian TIK terbaru yang dipakai untuk bekerja. Pada tingkatan individual, karyawan dapat menetapkan batasan dalam pekerjaan dan rumah, serta menambah pengetahuan tentang pengaplikasian TIK. The use of Information and Communication Technology (ICT) during the COVID-19 Pandemic has increased, especially to help employees do their tasks. Based on previous literatures, the use of ICT has negative impacts in the work-field, for instance, it can cause stress (technostress) dan affect job engagement. This study aims to examine the relationship between two constructs of technostress, namely technostress creators and technostress inhibitors, and job engagement. This study uses Job Demands-Resources theory to test if technostress creators negatively predicts job engagement; and technostress inhibitors positively predicts job engagement. This study is a correlational research with a sample of employees in Indonesia (N=256) who use ICT when working on a daily basis. The data were collected through online survey containing the UWES-9 (Schaufeli et al., 2006) to measure job engagement and technostress scale (Ragu-Nathan et al., 2008). The results indicated that technostress creators did not predict job engagement, whereas technostress inhibitors predicted job engagement positively. Together, both predictor variables predicted 11% variance of job engagement (F (2,253) = 16,19, p < 0,01, R2 = 0,11). The implication of this study is that organizations can provide help-desk service and training of the newest ICT adoption for work-related tasks. On an individual level, employees can set boundaries in using ICT after work hours and increase computer literacy. |