Proporsi perilaku seksual intercourse remaja perempuan 15-19 tahun 0,9% dan 20-24 tahun 2,6%. Sementara remaja laki-laki 15-19 tahun 3,6% dan 20-24 tahun 14%. Faktor enabling yang berhubungan dengan perilaku adalah media informasi. Tujuan penelitian untuk membuktikan ada hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual intercourse remaja dengan Cross Sectional menggunakan data SDKI 2017.Sebanyak 23.351 responden terpapar televisi (97,2%), media cetak (56,1%), dan radio (50,1%). Keterpaparan informasi kesehatan reproduksi paling banyak adalah HIV AIDS, IMS, iklan kondom, dan informasi ketiganya. Sebanyak 6,6% pernah melakukan perilaku seksual intercourse. Hasil regresi logistik pada media cetak (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), dan televisi (p-value 0,001; POR 0,767). Jenis kelamin menjadi variabel interaksi pada media cetak (POR perempuan 15,784; POR laki-laki 1,822) dan radio (POR perempuan 48,72; POR laki-laki 1,584).Saran untuk pemerintah yakni memberikan remaja laki-laki materi tentang dampak perilaku seksual intercourse dari perspektif laki-laki harapannya lebih efektif mencegah perilaku seksual intercourse serta memperluas jangkauan remaja yang terpapar informasi kesehatan reproduksi dari media massa dengan kerjasama lintas sektor. Pemerintah atau akademisi dapat merumuskan penelitian longitudinal kesehatan remaja dan meneliti efek dari media terhadap perubahan perilaku seksual intercourse dengan menggunakan teori efek media Use and Gratifications Theory. The proportion of sexual behavior of female adolescent 15-19 years was 0,9% and 20-24 years was 2,6%. Meanwhile, male adolescent 15-19 years old was 3,6% and 20-24 years old was 14%. The enabling factor related to behavior is the information media. The purpose of the study was to prove the relationship between exposure to reproductive health information and adolescent sexual behavior with a Cross Sectional using the 2017 IDHS data.A total of 23.351 respondents were exposed to television (97,2%), print media (56,1%), and radio (50,1%). The most exposure to reproductive health information was HIV AIDS, STIs, condom advertisements, and information on all three. As many as 6.6% have had sexual behavior. The results of logistic regression on print media (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), and television (p-value 0,001; POR 0,767). Gender was an interaction variable on print media (POR 15,784 on female; POR 1,822 on male) and radio (POR 48,72 on female; POR 1,584 on male).Suggestions for the government, to provide male adolescents with material on the impact of sexual intercourse from a male perspective, are expected to be more effective in preventing sexual behavior and to reach expanding of reproductive health information from the mass media with cross-sectoral collaboration. The government or academics can formulate longitudinal research on adolescent health and examine the effects of media on changes in social behavior using the Use and Gratifications Theory of media effects. |