Pada golden age period, perkembangan otak anak berlangsung dengan sangat cepat sehingga membutuhkan asupan gizi yang optimal. Masa ini berlangsung selama 1000 hari pertama kehidupan bayi. UNICEF menyatakan bahwa status gizi anak-anak di Indonesia masih belum ada peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi kejadian stunting dan wasting di Indonesia. Kejadian stunting di Indonesia sebesar 30,8% dari target global tahun 2025 <20%. Sementara itu, kejadian wasting sebesar 10% dari target global 2025 <5%. Oleh karena itu, WHO dan Kementerian Kesehatan RI memberikan anjuran kepada ibu di Indonesia untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun disertai dengan pemberian makanan pendamping (MPASI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui durasi pemberian ASI pada bayi di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain studi yang digunakan adalah retrospective cohort dengan menggunakan data SDKI WUS 2017 dan mengikutsertakan sebanyak 6828 ibu yang memiliki bayi berusia 0-23 bulan saat survei dilaksanakan. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat, multivariat dan survival. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata durasi pemberian ASI pada bayi usia 0-23 bulan di Indonesia adalah selama 16,7 bulan dengan median selama 22 bulan. Sementara itu, probabilitas durasi pemberian ASI 1 bulan pertama kehidupan pada bayi usia 0-23 bulan di Indonesia adalah sebesar 0,933 dengan penghentian pemberian ASI terbanyak terdapat pada bulan pertama kehidupan bayi. Ditemukan bahwa jenis kelamin, berat bayi lahir, pendidikan terakhir ibu, status pekerjaan ibu, paritas, penggunaan alat kontrasepsi, kehamilan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), metode persalinan, wilayah tempat tinggal dan status sosioekonomi berhubungan dengan durasi pemberian ASI pada bayi (p<0,05). Selanjutnya, disarankan untuk mempertimbangkan status gizi ibu dan bayi, ditambahkannya pertanyaan mengenai usia pertama kalinya bayi diberikan makanan selain ASI oleh ibu pada kuesioner SDKI WUS, dilakukannya sosialisasi terkait pentingnya menghindari pernikahan usia dini serta diadakannya program khusus oleh BKKBN untuk meningkatkan durasi pemberian ASI pada bayi di Indonesia. In the golden age period, children's brain development takes place very quickly. So that they require optimal nutritional intake. This period lasts for the first 1000 days of a infant's life. UNICEF stated that the nutritional status of children in Indonesia has not improved. This can be seen from the prevalence of stunting and wasting in Indonesia. The prevalence of stunting in Indonesia is 30.8% of the global target in 2025 <20%. Meanwhile, the prevalence of wasting is 10% of the 2025 global target of <5%. Therefore, WHO and the Ministry of Health of the Republic of Indonesia advise mothers in Indonesia to provide exclusive breastfeeding for 6 months followed by the age of 2 years accompanied by complementary food (MPASI). The purpose of this study was to determine the infant breastfeeding duration in Indonesia and the factors that influence it. The study design used was a retrospective cohort using data from the IDHS 2017 and included 6828 mothers with infants aged 0-23 months when the survey was conducted. The analyzes carried out were univariate, bivariate, multivariate and survival. This study found that the average infant aged 0-23 months breastfeeding duration in Indonesia was 16.7 months with a median of 22 months. Meanwhile, the probability of infant aged 0-23 months breastfeeding duration for the first month in Indonesia is 0.933 with the most cessation of breastfeeding in the first month of the baby's life. It was found that gender, birth weight, mother's last education, mother's employment status, parity, use of contraceptives, pregnancy, early initiation of breastfeeding, delivery method, area of residence and socioeconomic status were related to the duration of breastfeeding for infants (p <0.05). Furthermore, it is recommended to consider the nutritional status of the mother and baby, adding questions regarding the age at which the baby was first given food other than breast milk by the mother on the next IDHS questionnaire, conducting socialization regarding the importance of avoiding early marriage and holding a special program by the BKKBN to increase the duration of breastfeeding for infants in Indonesia. |