Hutan Perempuan merupakan hutan mangrove tempat Perempuan Suku Enggros mencari nafkah tambahan dengan menangkap bia noor; kerang khas hutan Perempuan yang juga merupakan sumber protein bagi masyarakat Suku Enggros. Hutan Perempuan dilarang dimasuki oleh laki-laki, jika ada laki-laki yang masuk ke hutan tersebut, akan dikenakan denda. Perempuan Suku Enggros hanya mempunyai peran dalam pengelolaan, pemanfaatan serta peran untuk mengawasi atau memantau aturan adat di Hutan Perempuan. Fungsi jasa ekosistem Hutan Perempuan terdiri Jasa Penyediaan, Jasa Pengaturan, Jasa Habitat dan Jasa Budaya. Nilai ekonomi total Hutan Perempuan adalah Rp3.503.384.843. Kerugian ekonomi Rp329.815/ha/tahun atau Rp12.547.481 untuk keseluruhan luas Hutan Perempuan yaitu 38.044 ha. Strategi pengelolaan harus dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan dan dapat dianalisis dengan konsep DPSIR. Keberlanjutan Hutan Perempuan harus dipertahankan dengan tidak mengurangi luasan Hutan Perempuan, menghilangkan timbulan limbah padat di Hutan Perempuan, serta menurunkan pencemaran air laut di Hutan Perempuan agar memenuhi baku mutu sesuai dengan aturan yang berlaku. Keberlanjutan juga didukung dengan adanya regenerasi ke Perempuan Muda Suku Enggros yang harus tetap memanfaatkan Hutan Perempuan dimasa yang akan datang. Nilai ekonomi Hutan Perempuan dapat mendukung riset untuk perhitungan nilai ekonomi suatu hutan adat yang berkelanjutan. Papua Enggros Women's forest is a mangrove forest where Enggros Women earn an additional income by catching bia noor; a special shellfish which also a source of protein for the Enggros people. Men's are prohibited from entering the Women's Forest, if a man enters, a sanctions will be imposed. Enggros women only have a role in the management, utilization and monitoring customary rules. The ecosystem services of Women’s Forest consists of Provisioning Services, Regulating Services, Habitat Services and Cultural Services. The total economic value of Women's Forests is IDR 3,503,384,843. The economic loss is IDR 329,815 ha/year or IDR 12,547,481 for total 38,044 ha area. The management strategy must be carried out with three aspects of sustainability, economic, social, and environmental by using the DPSIR. The sustainability of the Women's Forest must be maintained by not reducing the forest area, eliminating the solid waste and reducing sea water pollution to meet the quality standards. Sustainability is must be supported by the regeneration of the young women of the Enggros Tribe who must continue to use the Women's Forest in the future. Economic value of Women's Forest can support another research which count the economic value of a sustainable customary forest. |