Pengantar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membedakan efektifitas dan keamanan single balloon angioplasty (SBA) dengan akses arterial inflow dan vena outflow pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan disfungsi radiocephalic AVF.Metode. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2022 dengan desain observasional retrospektif, di Unit Rekam Medis RS Cipto Mangunkusumo, RS Hermina Bekasi, dan RS Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Semua pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium akhir (pada terapi hemodialisis) yang memiliki fistula arteriovenosa disfungsional radiosefalik (AVF). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan AVF setelah terapi endovaskular (SBA) yang dinilai berdasarkan kriteria KDOQI NKF, patensi AVF, dan komplikasi pada pasien setelah terapi endovaskular.Hasil. Sebanyak 178 pasien dengan disfungsi AVF radiosefalik dilibatkan. Tingkat keberhasilan untuk SBA ditemukan lebih tinggi pada kelompok aliran arteri, dengan rasio odds (OR) 2,539 (95% CI 1,100-5,858). Tingkat patensi pada 3 dan 6 bulan setelah SBA dengan akses aliran arteri ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan akses aliran keluar vena (p 0,05). Tidak ada pengaruh jenis akses ini pada patensi 12 bulan setelah prosedur SBA (p = 0,991). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat komplikasi SBA dengan akses ke aliran masuk arteri dan aliran keluar vena pada pasien CKD dengan disfungsi AVF.Simpulan. Tingkat keberhasilan, patensi 3 bulan, dan SBA 6 bulan pasca operasi ditemukan lebih tinggi dengan akses aliran masuk arteri. Introduction. This study was conducted with the aim of differentiating the effectiveness and safety of single balloon angioplasty (SBA) with access to arterial inflow and venous outflow in CKD patients on hemodialysis with radiocephalic AVF dysfunction.Methode. This research was conducted in April-June 2022 with an observational retrospective design, at the Medical Record Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital, Hermina Hospital Bekasi, and Prof. Hospital. Dr. R.D. Kandou Manado. All patients with end-stage chronic kidney disease (on hemodialysis therapy) who have a radiocephalic dysfunctional arteriovenous fistule (AVF). The dependent variable in this study was the success of AVF after endovascular therapy (SBA) which was assessed based on the KDOQI NKF criteria, AVF patency, and complications in patients after endovascular therapy.Results. A total of 178 patients with radiocephalic AVF dysfunction were included. The success rate for SBA was found to be higher in the arterial inflow group, with an odds ratio (OR) of 2.539 (95% CI 1.100–5.858). The rate of patency at 3 and 6 months after SBA with arterial inflow access was found to be higher than with venous outflow access (p 0.05). There was no effect of this type of access on the patency of 12 months after the SBA procedure (p = 0.991). There was no significant difference in the complication rate of SBA with access to arterial inflow and venous outflow in CKD patients with AVF dysfunction.Conclusion. The success rates, 3-month patency, and 6-month postoperative SBA were found to be higher with arterial inflow access. |