:: UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

Kritik terhadap Gender-sentris dalam Film Je ne suis pas un homme facile (2018) karya Eleonore Pourriat = Gender-centric Criticism in Je ne suis pas un homme facile (2018) by Eleonore Pourriat

Nadira Aria Ramadhani; Suma Riella Rusdiarti, supervisor; Diah Kartini Lasman, examiner; Damar Jinanto Danusastro, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022)

 Abstrak

Prancis adalah negara modern dengan beragam masalah sosial dan populasi yang kompleks. Beberapa masalah di antaranya terkait isu kesetaraan gender, yang meningkat seiring dengan munculnya berbagai gerakan seperti #MeToo atau #BalanceTonPorc. Salah satu sutradara Prancis, Éléonore Pourriat, telah membuat beberapa film yang secara tematis membahas berbagai masalah ketidakadilan gender, seperti pelecehan seksual. Sebagai media, film berperan penting dalam konstruksi persepsi dan kesan tentang kondisi sosial suatu masyarakat. Melalui salah satu filmnya berjudul Je ne suis pas un homme facile, Pourriat memperlihatkan gambaran jika laki-laki menjadi target diskriminasi dan pelecehan di dunia dalam matriarkal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan struktur dramatik Gustav Freytag, unsur sinematik Boggs dan Petrie untuk menganalisis strategi naratif dan sinematografis, dan konsep androsentrisme oleh Charlotte Perkins Gilman untuk menganalisis gugatan atas androsentrisme dan gynosentrisme yang dihadirkan dalam film Je ne suis pas un homme facile. Hasil analisis menunjukkan bahwa melalui inversi peran gender, film Je ne suis pas un homme facile menghadirkan berbagai norma dan perilaku seksis yang telah dinaturalisasi, menjadi penyebab kuatnya dominasi laki-laki dalam masyarakat. Berbagai skenario dalam dominasi perempuan yang menunjukkan minimnya perubahan, memunculkan pemikiran tentang pentingnya pencapaian tujuan kesetaraan.

France is a modern country with a variety of social problems and a complex population. Some of the problems are related to the issue of gender equality, which has increased with the emergence of various movements such as #MeToo or #BalanceTonPorc. One of the French directors, léonore Pourriat, has made several films that thematically address issues of gender inequality, such as sexual harassment. As a medium, films play an important role in the construction of perceptions and impressions about the social conditions of a society. Through one of his films entitled Je ne suis pas un homme facile, Pourriat shows a picture that men are targets of discrimination and harassment in a matriarchal world. This research is a qualitative research using the dramatic structure of Gustav Freytag, the cinematic elements of Boggs and Petrie to analyze narrative and cinematographic strategies, and the concept of androcentrism by Charlotte Perkins Gilman to analyze the claims of androcentrism and gynocentrism presented in the film Je ne suis pas un homme facile. The results of the analysis show that through the inversion of gender roles, the film Je ne suis pas un homme facile presents various sexist norms and behaviors that have been naturalized, causing the strong male domination in society. Various scenarios in women's dominance that show the lack of change, raise ideas about the importance of achieving the goal of equality.

 File Digital: 1

Shelf
 MK-Nadira Aria Ramadhani.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : MK-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xii, 21 pages : illustration + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
MK-pdf 11-23-39773572 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20521355