:: UI - Tugas Akhir :: Kembali

UI - Tugas Akhir :: Kembali

Politik simbolis Kelompok Bhejing dalam wacana masyarakat Pamekasan Madura = The symbolic politics of The Bhejing Groups in the discourse of The Pamekasan Madura Community

Milki Amirus Sholeh; Tommy Christomy, supervisor; Melani Budianta, examiner; M. Yoesoef, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022)

 Abstrak

Aktivitas dunia jawara memiliki ciri khas yang unik. Selain didukung oleh bentuk struktur sosiologis masyarakat Madura, para jawara melakukan banyak cara untuk mempertahankan diri dalam upaya perebutan legitimasi. Di Kabupaten Pamekasan, jawara dikenal dengan sebutan bhejing yang memiliki realitas unik dibandingkan dengan ciri-ciri jawara di kabupaten lain di Madura. Dilihat dari cara produksi simbol kuasa, terlihat usaha para bhejing agar tetap dianggap sebagai sosok berpengaruh. Di sisi lain, minimnya sarana budaya penunjang dan tekanan arus legitimasi kelompok sosial keagamaan membuat mereka secara kreatif dan aktif membentuk citra dan aktivitas yang acak. Melalui modal sosial yang ada seperti ketangkasan mengolah infomasi dan pertahanan diri, mereka berusaha membangun relasi kuasa dengan cara membentuk satu ruang ekosistem dan penampilan pengaruh yang beruba-ubah. Hal ini dianggap lebih efektif mengingat sempitnya sumber daya penghasilan di Pamekasan. Sumber daya sekecil apapun berpengaruh pada mode relasi kuasa bhejing kepada lingkungan di luarnya. Penelitian ini juga menyoroti etos hidup dan cara mereka dalam melakukan pendekatan kultural di bawah tekanan stigma sosial. Pada akhirnya penelitian ini melihat bhejing dalam melakukan kontestasi kultural dan resiliensi dengan sumberdaya yang mereka miliki.

Jawara's world activities have unique characteristics. In addition to being supported by the sociological structure of the Madurese society, the jawara carried out many ways to defend themselves in the struggle for legitimacy. In Pamekasan Regency, jawara is known as ‘bhejing’ which has a unique reality compared to the characteristics of jawara in other districts in Madura. Judging from the way the production of the power symbol, it can be seen that the “bhejing’ are trying to remain considered influential figures. On the other hand, the lack of supporting cultural facilities and the pressure of the legitimacy of religious social groups make them creative and active in forming random images and activities. Through existing social capital such as agility to process information and self-defense, they attempted to build power relations by forming an single ecosystem space and the appearance of changing influences. It is considered more effective given the limited income resources in Pamekasan. The slightest resource affects the mode of bhejing's power relation to the environment outside. This research also highlights their ethos of life and the way they approach culturally under the pressure of social stigma. In the end, this research looks at bhejing in conducting a cultural contestation and resilience with the resources they have.

 File Digital: 1

Shelf
 TA-Milki Amirus Sholeh.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : TA-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : ix, 71 pages : illustrations ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
TA-pdf 16-22-57786883 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20521534