Urbanisasi terus mendegradasi komponen vital lingkungan, termasuk kualitas udara. Studi BPS menunjukkan mayoritas ventilasi udara di rumah secara nasional tidak memadai. Studi ini mengaitkan kualitas udara dalam ruang (KUDR) hunian urban dengan status sosioekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh status sosioekonomi terhadap karakteristik penghuni yang berhubungan dengan kualitas udara lingkungan, kondisi fisik hunian, dan KUDR hunian; dan merumuskan strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Penentuan sampel riset di RW 10, Pasar Manggis, Jakarta Selatan, ini menggunakan stratified convenience sampling, dengan 2 tipe akses rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan mixed method. Pengambilan data dengan wawancara, observasi fisik hunian, dan pemantauan KUDR selama 12 jam untuk PM2.5, suhu, dan kelembaban. Data kualitas udara lingkungan dari stasiun pengukuran udara ambien terdekat didapat secara daring. Analisis deskriptif menunjukkan status sosioekonomi berpengaruh terhadap karakteristik penghuni yang memengaruhi KUDR. Analisis regresi linier berganda dengan Statplus dan Microsoft Excel menunjukkan tingkat pengaruh antar variabel dan menghasilkan persamaan prediksi. Temuan kesenjangan terhadap standar menjadi masukan untuk strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Temuan kualitatif menunjukkan komunitas hunian urban padat yang sudah tinggal bersama dalam waktu lama memiliki toleransi yang tinggi terhadap penurunan KUDR akibat akitivitas usaha tetangganya dan perilaku merokok di rumah. Urbanization continues to degrade vital components of environment, including air quality. BPS study showed the majority of home air ventilation is not adequate. This study associates indoor air quality (IAQ) of urban residentials with socioeconomic status. The aims of this study were to analyze the influence of socioeconomic status on occupant characteristics related to the environmental air quality, residential physical condition, and IAQ; and formulate government policy strategies related to residential IAQ. Determination of the research sample in RW 10, Pasar Manggis, South Jakarta, used stratified convenience sampling, with 2 types of home access. This research used quantitative approach and mixed method. Data were collected by interviews, physical observation, and 12-hour IAQ monitoring for PM2.5, temperature, and humidity. Environmental air quality data from the nearest ambient air measurement station is obtained online. Descriptive analysis showed that socioeconomic status has an influence on occupant characteristics that affect IAQ. Multiple linear regression analysis with Statplus and Microsoft Excel showed the level of influence between variables and produced predictive equation. The finding of gaps against standards becomes input for the government's policy strategy related to residential IAQ. Qualitative findings show that dense urban residential communities who have lived together for a long time have a high tolerance for the decline in IAQ due to the businesses activities of their neighbors and home-smoking behaviour. |