Di negara berkembang seperti Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka kebutuhan konstruksi pembangunan juga semakin meningkat. Namun konstruksi bertanggung jawab atas dampak buruk terhadap lingkungan mulai dari ekstraksi, pemrosesan dan pengangkutan bahan mentah, konstruksi, dan pengoperasian fasilitas bangunan. Sektor bangunan juga merupakan penyumbang penggunaan energi terbesar (sekitar 40%). Berdasarkan hal tersebut muncul inovasi berupa Bangunan Hijau untuk mengurangi dampak buruk lingkungan. Tapi, dalam implementasinya bangunan hijau sering ditemukan kendala berupa penundaan dan keterlambatan jadwal yang salah satunya disebabkan oleh aktivitas pada rantai pasok. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifkasi dan menganalisis aktivitas dalam rantai pasok. Didapatkan bahwa strategi dalam mengurangi keterlambatan pada bangunan hijau adalah rantai pasok yang berfokus kepada efisiensi. In developing countries such as Indonesia with high population growth, the need for development is also increasing. However construction is responsible for adverse impacts on the environment ranging from extraction, processing and transportation of raw materials, construction, and operation of building facilities. The building sector is also the largest contributor to energy use (about 40%). Based on this, innovations emerged in the form of Green Buildings to reduce the negative impact on the environment. However, in the implementation of green buildings, obstacles are often found in the form of schedule delays, one of which is caused by activities in the supply chain. This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to identify and analyze activities in the supply chain. It was found that the strategy in reducing delays in green building is supply chain that focuses on efficiency. |