Di Indonesia, jumlah kasus HIV cenderung meningkat setiap tahunnya. Persentase HIV tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-49 tahun, di mana kelompok umur tersebut termasuk usia subur dan usia menikah bagi wanita di Indonesia. Selain itu, jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga berada diurutan kedua. Ibu rumah tangga dapat berisiko tertular HIV/AIDS karena perilaku seksual berisiko dengan pasangannya seperti ketika suami yang terinfeksi HIV/AIDS menularkan kepada istrinya melalui hubungan seks tanpa kondom atau penularan dari suami yang melakukan hubungan seks di luar kemudian berhubungan seks dengan pasangan. Namun, masih terdapat wanita kawin yang tidak dapat menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman dengan pasangannya. Hal ini menjadi perhatian khusus, karena ketika ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/AIDS hamil maka ia dapat berpotensi menularkan infeksi HIV ke bayinya. Ditambah lagi, saat ini ibu rumah tangga belum menjadi sasaran kunci program HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman untuk mencegah HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel wanita usia subur (15-49 tahun) yang telah menikah/tinggal bersama dengan pasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman adalah pekerjaan, kepemilikan aset, pengambilan keputusan rumah tangga, komunikasi dengan pasangan terkait HIV, perbedaan usia, perbedaan pendidikan, tempat tinggal, dan pengetahuan terkait HIV/AIDS. Sehingga, bentuk intervensi untuk meningkatkan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. In Indonesia, the number of HIV cases tends to increase every year. The highest percentage of HIV occurs in the age group of 20-49 years, which includes the childbearing age and the age of marriage for women in Indonesia. In addition, the number of AIDS cases among housewives is second. Housewives can be at risk of contracting HIV/AIDS because of risky sexual behavior with their partners, such as when a husband infected with HIV/AIDS transmits it to his wife through unsafe sex or transmission from a husband who has sex outside and then has sex with a partner. However, there are still married women who cannot negotiate safer sex with their partners. This is of particular concern because when a housewife infected with HIV/AIDS becomes pregnant, she can potentially transmit HIV to her baby. Meanwhile, housewives have not become a key target of the HIV/AIDS program. The purpose of this study was to determine of women’s ability to negotiate safer sex to prevent HIV/AIDS in Indonesia based on the 2017 IDHS data analysis. This study used a cross-sectional study design with a sample of women aged 15-49 years old who are married/live together with their spouses. The results of this study indicate that the factors that influence the ability of married women to negotiate safer sex are work, asset ownership, household decision making, communication with partners related to HIV, age differences, differences in education, place of residence, and knowledge related to HIV/AIDS. Thus, the intervention to improve the ability of married women to negotiate safer sex can take these factors into account. |