Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sekitar 2.784.064 individu menderita penyakit jantung. Prevalensi penyakit jantung DKI Jakarta berada di peringkat ke-5 se-Indonesia. Apotek Roxy Klender menerima banyak resep obat kardiovaskular. Dikarenakan penyakit kardiovaskular kompleks, maka dokter sering meresepkan banyak obat untuk satu pasien. Maka ada kemungkinan terjadinya Drug Related Problem yaitu interaksi obat. Pengambilan data dilakukan di saat pelaksanaan PKPA. Penulis menyortir resep yang terdapat obat kardiovaskular menggunakan sistem informasi Apotek Roxy, lalu resep yang dipilih untuk dianalisis dicetak. Pada Resep 1 terdapat interaksi Spironolakton dan Kalium Klorida yang menyebabkan hiperkalemia. Dokter juga meresepkan Furosemid karena pasien udem sehingga diresepkan dua obat diuretik juga Kalium Klorida. Pada Resep 2 terdapat interaksi Asam Asetilsalisilat dengan Clopidogrel dan Furosemid. Interaksi Asam Asetilsalisilat dan Clopidogrel merupakan interaksi farmakodinamik yang menyebabkan pendarahan. Interaksi Asam Asetilsalisilat dan Furosemid merupakan interaksi farmakokinetik. Kombinasi kedua obat dapat mengurangi efektivitas diuretik furosemid dan menyebabkan nefrotoksisitas. Penggunaan obat-obatan yang berpotensi menmbulkan interaksi obat harus dimonitor penggunaannya agar menghindari adanya efek samping yang tidak diinginkan.Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan untuk memastikan terapi obat aman, efektif dan rasional. Seharusnya PTO dilakukan untuk seluruh pasien tetapi karena keterbatasan jumlah apoteker, maka perlu dilakukan pada pasien prioritas. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi virus SARS-CoV-2. Pada Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Tata laksana terapi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), hanya mengatur penanganan Covid-19 secara simptomatis bukan untuk menyembuhkan karena obat antivirus Covid-19 belum ditemukan. Maka, PTO penting dilakukan pada pasien Covid-19 karena kebanyakan obat yang diterima pasien bisa mencapai banyak jenisnya dan obat-obatan ini belum dibuktikan secara klinis sebagai obat untuk penyembuhan Covid-19. Selain itu, banyak pasien Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta (komorbiditas). Hal ini membuat terapi obat pasien akan semakin banyak yang dimana PTO dibutuhkan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kebayoran Lama ditunjuk menjadi Rumah Sakit (RS) rujukan Covid-19 berdasarkan Pergub 987 Tahun 2020 dan mulai melayani pasien rawat inap Covid-19 sepenuhnya pada Oktober 2020. Adanya perubahan tersebut membuat Rumah Sakit harus menyediakan obat-obatan khusus terapi Covid-19 sesuai dengan Panduan Praktis Klinis (PPK) yang dikeluarkan oleh PDPI. Oleh karena itu, RSUD Kebayoran Lama perlu melakukan PTO pada pasien. Metode kualitatif digunakan dengan melihat form PTO pasien Covid-19 yang dirawat mulai 1-27 November 2020 secara retrospektif. Lalu, dibuat analisis PTO tiap pasien. Pasien yang diseleksi adalah pasien yang form PTOnya lumayan lengkap, polifarmasi dan dilihat dari keluhan yang disampaikan kepada apoteker. Dipilih pasien yang menyatakan keluhan karena pasien tersebut dianggap memiliki masalah terkait obat sehingga harus dipantau terapinya. Setelah itu, dibuat analisis Subjective Objective Assessmennt Planning (SOAP) tiap pasien. Hasil analisis form PTO pasien Covid-19 yang dirawat sudah cukup lengkap. Dilakukan analisis SOAP berdasarkan hasil PTO pada 5 pasien. Dari hasil analisis form PTO, ditemukan 1 kasus pasien yang mengalami pemilihan obat yang kurang tepat, 3 kasus pasien mengalami pemberian dosis diatas batas normal, 4 kasus pasien mengalami interaksi obat dan 2 kasus pasien mengalami pemberian obat tanpa indikasi. Form PTO tiap pasien agar dapat ditulis lebih lengkap dari mulai data pasien, diagnosis, terapi obat, dan data laboratorium. Apoteker juga harus lebih aktif melakukan komunikasi klinis dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan perawat agar hasil analisa PTO dapat lebih baik.Di Indonesia penjaminan mutu obat dalam proses distribusi dilakukan dengan menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) merupakan salah satu Pedagang Besar Farmasi yang menerapkan CDOB. Seluruh kegiatan distribusi telah terintegrasi pada satu sistem. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pengambilan barang. Picker atau orang yang bertugas mengambil barang sering menghabiskan banyak waktu untuk mencari lokasi penyimpanan produk sehingga pengambilan barang agak lama. Hal ini juga disebabkan gudang yang sedang direnovasi dan penyimpanan barang terlalu banyak. Dari masalah tersebut, maka dilakukan inovasi perencanaan pembuatan metode vision pick dengan teknologi Artificial Intelligence untuk meningkatkan efektivitas picking order di PT. APL Cabang Bogor. Metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas proses distribusi barang.Tugas khusus dilakukan daring. Dilakukan analisis masalah yang terdapat pada PT. APL cabang Bogor dengan berdiskusi dan tanya jawab dengan pihak PT. APL cabang Bogor. Dari masalah tersebut kemudian dilakukan inovasi perancangan metode untuk menangani masalah yang terjadi. Perencanaan inovasi metode vision pick dengan teknologi artificial intelligence telah dibuat dengan kerjasama pihak pengelola gudang yaitu apoteker penanggung jawab dengan divisi teknologi perusahaan. System Analysis Product (SAP) harus diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang sehingga proses distribusi lebih efisien.Perlu dilakukan peninjauan kembali dan evaluasi terhadap perencanaan metode yang dibuat agar dapat diterapkan pada seluruh cabang PT. APL Cardiovascular disease is one of the causes of death in Indonesia. Based on data from the Ministry of Health, around 2.784.064 individuals suffer from heart disease. The prevalence of heart disease in DKI Jakarta is ranked 5th in Indonesia. Roxy Klender Pharmacy accepts many cardiovascular drugs prescriptions. Because cardiovascular disease is complex, doctors often prescribe multiple drugs for one patient. Then there is the possibility of Drug Related Problems, namely drug interactions. Data collection is carried out at the time of internship. The author sorts prescriptions containing cardiovascular drugs using the Roxy Pharmacy information system, then the prescriptions selected for analysis are printed. In Recipe 1 there is an interaction between Spironolactone and Potassium Chloride which causes hyperkalemia. The doctor also prescribed furosemide because the patient had edema, so he was prescribed two diuretics as well as potassium chloride. In Recipe 2 there is an interaction of Acetylsalicylic Acid with Clopidogrel and Furosemide. Interaction of Acetylsalicylic Acid and Clopidogrel is a pharmacodynamic interaction that causes bleeding. The interaction of acetylsalicylic acid and furosemide is a pharmacokinetic interaction. The combination of two drugs can reduce the effectiveness of the diuretic furosemide and cause nephrotoxicity. The use of drugs that have the potential to cause drug interactions must be monitored in order to avoid unwanted side effects.Drug Therapy Monitoring (PTO) is an activity to ensure safety, effective and rational drug therapy. PTO should be done for all patients but due to the limited number of pharamacists,it is necessary to do it on priority patients. Corona virus disease 2019 (Covid-19) is an infectious disease caused by infection with the SARS-CoV-2 virus. in March 2020, WHO declared Covid-19 a pandemic. The Covid-19 therapeutic management issued by the Indonesian Lung Doctors Association only regulates the symptomatic handling of Covid-19, not to cure it because the Covid-19 antiviral drug has not been found. Therefore, PTO is important for Covid-19 patients because most of the drugs that patients receive can reach many types and these drugs have not been clinically proven as drugs to cure Covid-19. In addition, many Covid-19 patients have comorbidities (comorbidities). This makes PTO is needed. The Kebayoran Lama Regional General Hospital (RSUD) was appointed as a Covid-19 referral hospital based on Pergub 987 of 2020 and began fully serving Covid-19 inpatients in October 2020. This change the hospital to provide medicines specifically for Covid-19 therapy in accordance with the Clinical Practical Guide (PPK) issued by PDPI. Therefore, RSUD Kebayoran Lama needs to do PTO on patients. The qualitative method was used by looking at the PTO form of Covid-19 patients who were treated from November 1-27, 2020 retrospectively. Then, a PTO analysis was made for each patient. The selected patients are patients whose PTO form is quite complete, polypharmacy and seen from the complaints submitted to the pharmacist. Selected patients who express complaints because these patients are considered to have drug-related problems so that their therapy must be monitored. After that, a Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) analysis was made for each patient. The results of the PTO form analysis of Covid-19 patients being treated are quite complete. SOAP analysis was performed based on PTO results in 5 patients. From the results of the PTO form analysis, it was found 1 case of patients who experienced inappropriate drug selection, 3 cases of patients experiencing doses above the normal limit, 4 cases of patients experiencing drug interactions and 2 cases of patients experiencing drug administration without indications. The PTO form for each patient can be written more completely, starting from patient data, diagnosis, drug therapy, and laboratory data. Pharmacists must also be more active in clinical communication with other health workers such as doctors and nurses so that the results of PTO analysis can be better.In Indonesia, drug quality assurance in the distribution process is carried out by applying the Good Drug Distribution Method (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) is one of the Pharmaceutical Wholesalers that implements CDOB. All distribution activities have been integrated into one system. One of the activities carried out is taking goods. Pickers or people in charge of picking up goods often spend a lot of time looking for product storage locations so that picking up goods takes a while. This is also due to the warehouse being renovated and the storage of goods is too much. Based on these problems, an innovation in planning for making the vision pick method with Artificial Intelligence technology was carried out to increase the effectiveness of picking orders at PT. APL Bogor Branch. This method is expected to help improve the effectiveness of the goods distribution process. Special tasks are carried out online. An analysis of the problems contained in PT. APL Bogor branch by discussing and asking questions with PT. APL Bogor branch. From these problems, an innovative design method was carried out to deal with the problems that occurred. The vision pick method innovation plan with artificial intelligence technology has been made in collaboration with the warehouse manager, namely the pharmacist in charge with the company's technology division. System Analysis Product (SAP) must be integrated with artificial intelligence technology which aims to increase the speed of picking up goods so that the distribution process is more efficient. It is necessary to review and evaluate the planning method made so that it can be applied to all branches of PT. APL. |