Penelitian ini membahas alih wahana dari lukisan menjadi puisi. Korpus yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah lukisan berjudul Barong (2020), Harvest (2018), dan Friendships (2021) karya Made Gunawan untuk menjadi sebuah karya puisi dengan judul “Wajah Barong” (2021), “Seikat Padi” (2021), dan “Gajah Biru” (2021) karya Dewa Putu Sahadewa. Penelitian ini akan memaparkan proses kreatif dan perubahan dari karya lukisan (visual) menjadi sebuah karya puisi (verbal). Secara garis besar pengalihwahanaan dari lukisan menjadi sebuah puisi menggunakan metode ekfrasis. Metode ekfrasis dibedakan menjadi tiga yaitu, ekfrasis naratif, ekfrasis deskriptif, serta ekfrasis naratif dan deskriptif sesuai dengan tafsiran penyair. Hasil penelitian dari penelitian ini akan memaparkan perubahan bentuk lukisan Barong (2020), Harvest (2018), dan Friendships (2021) karya Made Gunawan untuk menjadi sebuah karya puisi dengan judul “Wajah Barong” (2021), “Seikat Padi” (2021), dan “Gajah Biru” (2021) karya Dewa Putu Sahadewa sesuai dengan metode masing-masing. This research contains analysis from paintings to poetry. The corpus of this research is from the Paintings of Barong (2020), Harvest (2018), and Friendships (2021) by Made Gunawan that transforms into Poetry of “Wajah Barong” (2021), “Seikat Padi” (2021), and “Gajah Biru” (2021) by Dewa Putu Sahadewa. The formulation of problem from this research is the creativity process and the transformation of Paintings of Barong (2020), Harvest (2018), and Friendships (2021) by Made Gunawan to Become Poetry of “Wajah Barong” (2021), “Seikat Padi” (2021), and “Gajah Biru” (2021) by Dewa Putu Sahadewa. One of the methods of this research is ekfrasis. Ekphrasis itself is divided by three methods, such as descriptive ekphrasis, narrative ekphrasis, also descriptive and narrative ekphrasis. The purpose of this research is to analyze the transformation of Paintings of Barong (2020), Harvest (2021), and Friendships (2021) by Made Gunawan to Become Poetry of “Wajah Barong” (2021), “Seikat Padi” (2021), and “Gajah Biru” (2021) by Dewa Putu Sahadewa. |