Ibu hamil suku Sentani dan Implikasi dari sosial budaya yang mempengaruhi perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas (Studi kasus di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura,lrian Jaya). Dr. Firman Lubis, MPh sebagai pembimbing pertama, Dra. Agustin D. Sukarlan, Msi. sebagai pembimbing kedua. Program Studi Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi ibu hamil dan anaknya oleh pemerintah dan masyarakat melalui BKIA mulai tahun 1950-an, puskesmas mulai tahun 1973 pads setiap kecamatan, bahkan posyandu pada setiap kelurahan/desa. Selain itu, juga telah dilakukan upaya melalui konstitusi yakni pads pasal 13 dan 14 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, serta adanya hak-hak reproduksi perempuan yang tercantum dalam ICPD (International Conference of Population Development) pada tahun 1994. Namun, berbagai upaya itu tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Hal itu terbukti dengan tidak turunnya AKI (Angka Kematian Ibu Melahirkan) di negara kita yang secara nasional tetap berkisar dalam angka 390/100.000 kelahiran, bahkan di propinsi paling timur yakni Provinsi Irian Jaya (Papua) diperkirakan AKI 700/100.000 kelahiran. Dan berbagai tulisan diketahui bahwa AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: derajat kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil (antenatal care) serta faktor sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang perilaku ibu hamil suku Sentani dalam memanfaatkan pelayanan program KIA di Puskesmas yang dikaitkan dengan Implikasi dari sosial budaya setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Sentani, yang memakai sistem kekerabatan patrilineaI, secara nyata menunjukkan adanya budaya patriarki hingga dewasa ini. Aturan adat telah menempatkan perempuan Sentani pada posisi yang sangat tidak berdaya, sehingga tidak wemiliki otonomi bagi dirinya, baik sewaktu dalam kekuasaan orang tua, ketika masih berstatus sebagai anak maupun setelah menjadi istri yang berada dalam kekuasaan suami. Kondisi itu dimungkinkan karena adanya sistem mas kawin dalam perkawinan adat yang berlaku hingga saat ini, dan masih harus berperan dalarn wilayah publik untuk berkebun dan bejualan di pasar. Dengan demikian, beratnya beban kerja, kemiskinan yang berakar, kurangnya dukungan suami untuk memotivasi ibu hamil untuk melakukan antenatal care di puskesmas, serta kurangnya kemauan para suami untuk mengerjakan pekerjaan domestik, pengetahuan warisan yang diperoleh dari nenek, ibu atau kerabat perempuannya serta peran mama dukun (dukun beranak), telah mengkondisikan pilihan yang paling baik untuk ibu hamil guna memeriksakan kandungan dan mempercayakan persalinan kepada mama dukun (dukun beranak). Sayangnya puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah dalam pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan BMA, tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, khususnya ibu hamil. Pola kerja tenaga medik (Bidan) yang menganggap pasien (ibu hamil) hanya sebagai objek dan kurangnya upaya membina hubungan interpersonal dengan pasien serta kurangnya sensitivitas terhadap budaya setempat, menjadi penyebab buruknya kondisi. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya penghargaan pemerintah terhadap bidan serta kurangnya dana operasional. Kondisi puskesmas lebih buruk lagi dengan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan perempuan Sentani. Semuanya itu membuat ibu bumil suku Sentani enggan datang ke puskesmas untuk memeriksakan kandungannya atau untuk bersalin. Dalam meneliti, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai teknik mengumpulkan data, sedangkan sebagai pendukung digunakan teknik observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Irian jaya. Subjek penelitian adalah ibu hamil suku Sentani ataupun pernah hamil dan melahirkan dan berdomisili di lokasi penelitian. Di samping itu, wawancara juga dilakukan dengan suami dari responder, mama dukun, tokoh masyarakat serta tenaga medis yang menjadi responden pendukung. |