Industri manufaktur sebagai penghasil devisa negara, berperan penting dalam memperkuat struktur perekonomian Indonesia. Kuatnya struktur industri hulu dan antara (termasuk pertambangan, pengolahan, pertanian, kehutanan, dan barang modal lainnya) sebagai penghasil bahan baku yang berkontribusi terhadap pendapatan devisa negara, serta penyelaras faktor pertumbuhan sub sektor ekonomi, akan memperkuat dasar dan mendukung percepatan pertumbuhan industri turunan/hilirnya. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia dan negara Asia lainnya pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan penutupan industri yang mengandalkan bahan baku impor. Penguatan struktur industri melalui pengisian kekosongan pohon industri diharapkan mampu mengisi peluang perluasan dan pengembangan industri hilir yang berimplikasi pada penguatan struktur industri, pertumbuhan kesempatan berusaha, pertumbuhan tenaga kerja, serta alternatif penambahan devisa negara. Melalui penelusuran pohon industri petrokimia dan besi baja diharapkan akan ditemukan peluang penumbuhan industri yang kompeten dalam menyediakan bahan baku/pendukung bagi industri hilir sesuai resource base (kekayaan sumber daya) Indonesia, added value dan prospek pasar yang cerah, sehingga menghasilkan produk yang memiliki daya saing dan daya tahan di pasar internasional didukung strategi dan kebijakan yang kondusif. Penelitian bertujuan menggali peluang usaha industri turunan petrokimia dan besi baja yang berpotensi ditumbuhkembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku (local content) dan permintaan (demand) produk industri. Penelitian dilakukan dengan metode kajian kepustakaan/survei dokumentasi, metode wawancara (dan pengisian kuesioner) dari narasumber terkait, serta metode evaluasi. Analisis metode deskriptif menggunakan SWOT (Strength - Weakness - Opportunities- Threat) analysis untuk mendapatkan posisi kekuatan dan kelemahan struktur industri secara internal-eksternal, selanjutnya dievaluasi dengan uji AHP (Analytical Hierarchy Process) melalui pengolahan data primer hasil wawancara/kuesioner narasumber dari DJ-ILMEA (Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka), DJ-IKAH (Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agra, dan Hasil Hutan), DJ-KLIPI (Direktorat Jenderal Kerjasama Lembaga Industri dan Perdagangan), serta DJ-IKDK (Direktorat Jenderal industri Kecil dan Dagang Kecil), Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Skenario prioritas pengembangan industri dengan pendekatan konsep Porter's Diamond, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi daya saing industri meliputi : kondisi faktor, kondisi permintaan; industri terkait/pendukung; struktur dan persaingan; serta kebijakan pemerintah. SWOT analysis terhadap posisi industri didapat turunan petrokimia dan besi baja yang sangat berpeluang dikembangkan meliputi : Acetic Anhydride; Acrylonitrile; Aniline (phenyl amine, ammobenzene); Monoethanolamine; (Ethanol amine); 0-, M- , P-Phenylenediamine; Poly methyl methacrylate; serta Vinyl acetat (Ethanyl ethanoat); Industri turunan besi baja : Alloy Pig Iron, Shaft Bars dan Semi-finish Stainless Steel. Optimalisasi sumber daya industri dalam rangka meningkatkan daya saing industri dilakukan melalui pemanfaatan potensi internal berupa maksimalisasi kekuatan struktur industri serta minimalisasi kelemahan/dampak eksternal industri. Faktor internal meliputi : optimalisasi pemanfaatan sumber daya bahan baku, orientasi pasar, penguatan ketrampilan sumber daya manusia, fasilitas manufaktur, dan jalur distribusi. Faktor eksternal meliputi : pertumbuhan permintaan, pengguna, teknologi, harga produk, serta persaingan. |